Total Pengunjung Blog

Pengikut

Popular Posts

Selasa, 22 April 2014

Dear kawan….gimana kabar kalian? lama bueet, ya,,…aku g nongol melalui tulisan – tulisan, baik tulisan galau ataupun tulisan berpendidikan… Hari ini, pertama kali ane nulis di blogger dengan status yang berbeda, status udah jadi suami orang!! status sudah bukan mahasiswa lagi!! dan status kerjaan menjadi seorang dosen..!!!

TUlisan ini sebenarnya ane dedikasikan untuk murid murid ane, but….ane coba untuk menuliskan dalam bentuk yang ringan!!!

cekidot!!!!

Judul tulisan ini adalah keracunan obat!!!!

KERACUNAN OBAT!!!

TAUlah elo elo pada!!!

Keracunan obat sangat sering kita jumpai, dan sangat – sangat mampu menimbulkan kerusakan pada organ oragn – organ tubuh kita seperti hati, ginjal , saluran cerna (diare, muntah), kerusakan otak, kulit (alergi, anafilaksis), hingga kematian.

Jika kita keracunan, apa yang harus kita lakukan? Mencari penawarnya jelas !!!!bagaikan film mesteri the kondoheros dimana Yoko terkena racun, dan mencari penawarnya menaiki gunung – gunung hingga akhirnya bertemua dengan nenek si pembuat racun dan biksu yang memiliki penawarnya (lha!!!malah ngaco, neh cerita!!)

 

Gimana sih cara menawarkan racun ?

eits…tunggu dulu…ente ente pade keburu – buru banget sih…sebelum kita membahas cara menawarkan racun, kalian pembaca yang sebagian besar adalah murid – murid ane yang culun dan imut –imut kaya lumut, kadang nyebelin, dan jengkelin!!!!, kalian harus tahu dulu rangkaian peristiwa yang terjadi pada segala jenis obat saat ini obat masuk kedalam saluran cerna. Ane yakin, kalian pasti udah pada tahu, bahkan saking tahunya, pasti kalian hafal di luar kepala (ane g yakin sih, kalian punya kepala, hehehe..peace!!!)…kembali ke topik, cukup menghina kalian~!!!!

ane yakin kalian sudah pernah mendengar rangkain peristiwa obat yang masuk kedalam saluran cerna sering disebut dengan Farmakokinetika oral.

Gue mulai neh cerita !!!(sekarang ane jadi orang jakarta)

perisitwai farmakokinetika yang pertama kali terjadi saat obat udah masuk ke dalam saluran gastrointerstinal (lambung end usus), tentunya obat akan di ABSORBSI ke dalam darah melalui pembuluh darah. obat yang telah di ABSORBSI tersebut kemudian akan mengalami proses DISTRIBUSI yang mana harus melalui HEPAR dulu untuk dilakukan metabolisme pertama (First pass metablisme). Di hepar ini, tuh obat sebagian kecil akan dibuah dari bentuk aktif menjadi tidak aktif (obat umumnya) atau justru dari bentuk tidak aktfi menjadi aktif (obat – batan produrgs). Tetapi, sebagian besar obat akan lolos dari metabolisme pertama ini sehingga menjadi dalam bentuk aktif. Obat yang dalam bentuk aktif ini akan DI DISTRIBUSIKAN ke seluruh bagian tubuh. OBAT akan berada pada pembuluh – pembuluh kapiler darah dimana obat kemudian akan berpindah dari darah ke dalam cairan intraseluler (cairan intraseluler adalah cairan yang menjadi sekat antar sel-sedangkan kumpulan sel spesifik akan membentuk jaringan- dimana kumpulan jaringan menjadi organ.)

 

coba elo elo baca ulang lagi tulisan diatas!!!elo – elo g boleh lanjut jika belum paham ama kejadian diatas!!!!

gue coba singkat ye….

 

obat –> usus—>absorbsi—> darah—>distribusi—> hepar –> metabolisme—>obat aktif—>distribusi—>cairan intraseluler—> !!!!???????!!!!(trus obat ngapain habis di cairan intraseluler???)

Nah…..di dalam cairan intraseluler inilah, salah satunya akan dimulai sebuah cerita bagaimana obat berinteraksi dengan sel sehingga sel menghasilkan suatu respon /kinerja yang berupa reaksi –reaksi berantai didalam sel dimana berakibat timbulnya efek terhadap jaringan, dan mempengaruhi suatu kinerja organ tertentu dan pada akhirnya timbullah efek obat yang KITA INGINKAN terhadap tubuh kita. PERISTIWA TERSEBUT DISEBUT PERISTIWA FARMAKODINAMIKA.

JADI…..jika ada pertanyaan, SETELAH OBAT BERADA DI CAIRAN INTRASELULER, LALU NGAPAIN???

maka jawabannya adalah melakukan anu dan anu, dan anu,..sehingga anunya berefek anu…..(wkwkwkkwkwk), ya jawab aja lah meruapakn perisitiwa farmakodinamika.

Adapun cerita bagaimana obat menjalankan peristiwa farmakodinamika akan di bahas setelah ini (klo g lupa!!!hehehe)

Trus , ngapain setelah melakukan anu dan anu, tuh obat ????

Jadi gini, setelah tuh obat selesai dengan anu anunya, maka obat akan kembali menuju cairan ekstravaskuler (darah) dan di DISTRIBUSIKAN menuju organ HEPAR lagi untuk menjalani proses METABOLISME. Nah…obat yang udeh selesai kerjanya itu, sekarang saatnya dirusak sehingga menjadi obat yang tidak aktif. di HEPAR, siapa yang memetabolisme obat tersebut? jawabannya adalah enzim enzim yang ada di hepar (enzim, sekumpulan protein yang bergabung dan memiliki fungsi tertentu). Nama tuh enzym macem – macem, dimana dengan adanya enzym tersebut, maka obat aktif tadi akan ditambahi rantai – rantai kimia, sehingga menjadi tidak aktif. Obat yang tidak aktif tadi , dengan penambahan rantai – rantai kimia, dia akan menjadi senyawa yang larut dalam air.

trada…..!!tretet tretett!!!!senyawa yang larut dalam air tadi, pastinya akan mudah sekali keluar melalui urin!!! dan benar saja, emang setelah di hepar, senaywa ini tadi akan dibawa ke ginjal dan siap untuk di EKSKRESIKAN!!!!!BAHASA JAWANYA DIEKSKRESIKAN ADALAH DIBUANG , SALAHSATUNYA MELALUI URIN, SALAH DUANYA BISA MELALUI KERINGAT, SALAH TIGANYA BISA MELALUI NAFAS, SALAH EMPATNYA BISA MELALUI SUSU.

Nah…dari rangkaian peristiwa tersebut maka peristiwa farmakokinetika oral dibagi menjadi 4 (ATAU BIAR ELO – ELO MUDENG ALIAS ENGGAK GAGAL PAHAM, ANE BAGI JADI 5), yakni :

1. Absorbsi

2. First pass metabolisme

2. Distribusi

3. Metabolisme

4. Ekskresi

 

GUE yakin seyakinnya, elo – elo pada berpikir gini, “kenapa gue harus baca tentang  tentang absorbsi tetek bengeknya!!!! gue gagal paham ma neh dosen!!!jelas – jelas dari awal ne dosen sesumbar bakal nerangin keracunan obat!!!!”

dasar murid murid payah!!!yang namanya guru itu ya, emang kadang ngebuat muridnya gagal paham !!!bahkan kadang, bisa – bisa murid itu demo ama gurunya kaya cerita nabi musa end nabi kidzir!!!. Gue bilangin ya, elo – elo kalo mau belajar sama ane, harus ngosongin kesombongan elo  elo pade, yang boleh sombong cuma ane…(wkwkkwkwk).

Jadi gini bro…..!!!dari peristiwa farmakokinetika tersebut lah, seringkali dapat diambil keputusan bagaimana langkah – langkah menawarkan racun tersebut.

tapi tunggu dulu, sebelum elo – elo pada tahu langkah – langkah menawarkan racun, ane pengen nyoba neriangin bagaimana suatu obat justru dapat menyebabkan racun didalm tubuh!!!

 

Apa elo – elo pade Pernah denger, simbah – simbah kita yang notabenya orang sakti mandraguna bilang kaya gini,

“ semua senyawa adalah racun, tak ada satupun yang bukan racun (Paracelsus), yang membedakan antara racun dan bukan racun (obat) hanyalah dosisnya (doull & brouce)”.

Kalo elo – elo pade udah pernah dengar, aku entar pengen ngejelasin arti dari perkataan simbah – simbah  tadi. Kalo belum pernah dengar, minimal elo elo pade, udah pada pernah baca tulisan ane ini, dan siap – siap buat dengerin dalil dalil yang ane keluarin meskipun sanad dan ke soheh hannya kagak jelas,hehehe….

image

rengguklah obat ini, namun janganlah engkau telan racun itu

Saat – saat obat dan racun ada dalam ragamu

mungkin saat itulah sukmamu akan segera tercabut

saat – saat obat dan racun ada dalam aliran darahmu…

hanya ada satu perbedaan!!! hanya tentang jumlah !!!

Lihatlah di dalam grafik- grafik buatan manusia ini,

dimana obat akan menjadi obat, jikalau dia ada dalam jendelanya

lihatlah di dalam grafik – grafik buatan manusia ini,

dimana obat akan menjadi racun, jikalau dia keluar dari batas – batas kewajaran, batas batas jendela terapinya..

engkau tahu? mungkin kematian akan menjemputmu!!!

ihi…ihi….Gue terjemahin neh, makna puisi diatas,

Jika seseorang meminum obat, maka kadar obat yang diabsorbsi di dalam darah digambarkan sebagai kurva naik dari A ke B (obat sesuai dosisnya )atau dari A ke C (obat overdosis/berlebih dosisnya).

 

 

Jadi gini…., ketika suatu zat atau obat terabsorbsi dari cairan gastrointestinal ke dalam cairan darah, maka akan terjadi kenaikan kadar zat/obat didalam darah hingga suatu waktu mencapai kadar maksimum dan proses absorbsi selesai (Lihat grafik!!). Didalam grafik ditunjukkan pada kode A sampai B atau kode A sampai C). Singkat cerita, antara kode A sampai C tersebut yang paling dominan adalah peristiwa absorbsi. Pada kode B dan C, kadar obat didalam darah merupakan kadar puncak. Sedangkan setelah itu, pada kode antara B ke D atau C ke D, maka obat sudah mulai termetabolisme dan tereliminasi sehingga kadar obat aktif dalam darah mulai turun.

Trus, pertanyaannya, kapan obat mulai berkhasiat ? kapan obat mulai menjadi racun?

Jawaban dari pertanyaan kapan obat mulai berkhasiat adalah ketika kadar obat didalam darah berada pada rentang jendela terapi obat. Jika kita meminum obat, dan kadar obat teersebut terabsorbsi mencapai batas bawah jendela terapi obat, maka obat akan menimbulkan efek terhadap tubuh kita (khasiat), namun jika kadar obat tersebut berada dibawah batas jendela terapi obat, maka obat tersebut tidak akan berefek.

Lantas, mengapa obat yang berkhasiat tersebut, mampu menjadi racun???

mengulang kata – kata simbah, bahwa yang membedakan suatu zat menjadi obat atau racun hanyalah dosisnya, maka jawaban dari pertanyaan diatas adalah ketika kadar obat didalam darah berlebih dosisnya atau dengan kata lain obat beracun apabila jauh melebihi dosis jendela terapi obat dan diatas  batas toksisitas obat (grafik obat dengan warna merah).

Nah….peristiwa keracunan ini sesungguhnya berhubungan dengan yang dinamakan peristiwa farmakodinamika.

jika, peristiwa keracunan masih berada pada waktu zat di absorbsi, maka langkah dalam menawarkan racun tersebut adalah bagaimana caranya agar zat tidak terabsorbsi, baik dengan cara dimuntahkan ataupun di jerab oleh zat lain yang mempu menjerab zat tersebut.

Jika peristiwa keracunan ternyata sudah pada fase distribusi, dimana zat sudah terdistribusi kedalam tubuh, maka langkah dalam menawarkan racun tersebut adalah bagaimana caranya agar zat tetap bergandengan dengan protein –protein darah dan tidak dalam bentuk tunggalnya. Karena apa ? karena jika zat dialiran darah tersebut berada dalam bentuk tunggalnya.

 

Lantas, sebenarnya gimana sih, obat yang berada di dosis jendela terapi obat  kok bisa berefek? dan obat yang berada di atas batas toksis menyebabkan keracunan?

Hal ini dapat dijelaskan apabila kita mampu memahami peristiwa farmakodinamika. Jika perisitwa farmakokinetika adalah peristiwa dimana memiliki sudut pandang tubuh melakukan sesuautu terhadap obat (misal tubuh mengabsrobsi obat, tubuh mengdistirbusikan obat ke seluruh bagian tubuh, tubuh memetabolisme obat, tubuh mengeksresikan obat), maka peristiwa farmakodinamika memiliki sudut pandang dimana obat melakukan sesuatu terhadap tubuh kita. Masih ingat kan bahwa tadi, obat setelah didistribukan ke seluruh tubuh akan masuk ke cairan intraseluler, yakni cairan antar sel. Nah….disinilah peristiwa farmakodinamika dimulai. Obat yang berada di cairan intraseluler akan berinteraksi dengan sel – sel spesifik yang sesuai dengan struktur obat tersebut. Interaksi obat dengan sel – sel spesifik tersebut bisa melalui interaksi obat dengan enzyme, obat dengan reseptor yang nempel didinding sel, obat dengan zat pengirim signal (second messeger/transmitter), atau obat langsung berinteraksi dengan DNA/RNA. Interaksi – interaksi ini akan menghasilkan perintah terhadap sel sehingga sel akan melakukan reaksi seluler yang rumit dan mempengaruhi kerja jaringan serta organ yang dibentuk oleh sel tersebut sehingga menghasilkan efek dari obat tersebut. Singkat cerita obat dapat berkhasiat.

Nah….perisitwa keracunan terjadi apabila interaksi – interaksi obat dengan sel – sel spesifik tersebut berlebih, sehingga berakibat sel – sel melakukan reaksi seluler berlebih dan tidak berhentimeskipun efek yang diinginkan tercapai, namun reaksi seluler masih terus berlangsung sehingga menimbulkan dampak ketidak seimbangan pada kerja sel yang menyebabkan tubuh menimbulkan respon yang berlebih seperti keracunan atau sering disebut overdosis.

Cerita diatas adalah cerita keracunan yang aku beri istilah keracunan jenis pertama.

Cerita – cerita diatas sering kali terjadi pada orang yang meminum obat – obatan , namun karena terlalu dosis obatnya, berakibat efek yang dinginkan menjadi berkebalikan. Misal, meminum obat hipertensi, karena terlalu tinggi dosisinya, berakibat tensi turun drastis atau sering disebut hipotensi. Contoh lainnya meminum obat diabetes, karena terlalu tinggi dosisnya, justru kadar gula didalam darah jadi turun drastis sehingga menjadi lemas tak bertenaga. dan masih banyak contoh – contoh lainnya.

 

Ada istilah keracunan jenis kedua, dimana efek keracunan yang timbul bukan berkebalikan terhadap efek yang diinginkan seperti keracunan jenis pertama, namun efek keracunan terjadi pada tempat lain yang menimbulkan penyakit lainnya.

Ceritanya masih sama, masih dalam cerita peristiwa farmakodinamika. Jika tadi, obat yang berada dicairan intraseluler tersebut berinteraksi dengan sel sel spesifik sesuai dengan struktur obat (INGAT!!! Sel – sel yang spesifik), maka yang terjadi sesungguhnya adalah obat itu memang berinteraksi kuat pada tempatnya dengan sel – sel yang spesifik, namun obat ini juga berinterkasi lemah dengan sel – sel yang tidak spesifik namun memiliki kemiripan tempat interaksi dengan sel – sel yang spesifik tadi. (HAL INILAH YANG mampu menjelaskna mengapa setiap obat memiliki efek samping). nah…pada perisitiwa keracunan jenis kedua, obat dengan dosis yang ada diatas batas dosis toksis, (bisa jadi menimbulkan kercunan jenis pertama atau bisa juga tidak) , akan berinteraksi dengan sel = sel yang tidak spesifik tadi tadi dimana dosis dengan dosis ini cukup untuk memunculkan efek samping obat bahkan bisa sampai menimbulkan reaksi seluler sel – sel tidak spesifik tersebut sehingga berpngearuh terhadap aksi tubuh seperti muntah, sampai dengan kerusakan organ – organ tertentu karena erkusakan sel-sel tersebut .

Contoh nya adalah parasetamol (obat demam) pada dosis yang berlebih, maka pemberian parasetamol berlebih tidak akan menimbulkan suhu tubuh menjadi turun drastis sampai 5 derajat celcius misalnya (hehehe…..), tapi parasetamol yang berlebih tersebut akan berinterkasi dengan enzim – enzim pada sel hati, dimana hasil interaksi tersebut, akan menghasilkan produk akhir parasetamol yang mampu merusak sel – sel hepar sehingga terjadi kerusakan organ hepar sehingga menimbulkan penyakit hepar.

Contoh lagi adalah golongan opioiet, trisiklik antidepresant, dan ………

Nah…keracunan bentuk kedua inilah yang paling sering terjadi pada beberapa obat!!

 

Berikut akan saya sajikan beberapa obat yagn sering menimbulkan keracunan beserta antidotnya…

 image

Jika kita telah tahu bagaimana obat mampu menjadi racun, lantas, bagaimana cara mengobatinya?

ada dua konsep penting dalam menangkal racun tersebut jika kita benar – benar memahami peristiwa farmakokinetika beserta grafik diatas dan peristiwa farmakodinamika.

Inga…inga…inga….. Peristiwa farmakokinetika merupakan cara tubuh memperlakukan obat yang masuk meliputi absorbsi , distribusi, metabolisme, dan ekskresi, dimana absorbsi adalah pintu masuk dari obat kedalam tubuh untuk melakukan peristiwa farmakodinamika, dan dimana eksresi merupakan pintu akhir untuk mengakhiri peristiwa farmakodinamika. JIka keracunan disebabkan oleh peristiwa farmakodinamika yang tidak diinginkan karena dosis terlalu besar, maka salah satu jalan pintas untuk mencegah racun itu tidak berhasil melakukan peristiwa farmakodinamika adalah dengan menghambat absrobsi, atau mempercepat proses ekskresi berlangsung.

Jika kita mampu mencegah obat tersebut terabsorbsi ke dalam darah, maka dosis tidak akan naik lagi tinggi tidak mungkin bisa terjadi, sehingga peristiwa keracunan dapat segera diakhiri. Sama halnya, jika ekskresi bisa dipercepat, maka konsentrasi obat yang over didalam darah akan segera turun sehingga keracunan juga dapat segera berakhir.

Kapan kita menggunakan strategi pertama, yakni mencegah obat terabsorbsi ?

Jika kita melihat grafik antara kadar obat dalam darah versus waktu diatas, maka kita dapat menggunakan cara ini pada saat obat belum terabsorbsi semuanya, yakni pada waktu – waktu pertama gejala keracunan terjadi (1-2 jam).

sedangkan strategi kedua, yakni mempercepat ekskresi dapat digunakan kapanpun, saat gejala keracunan mulai muncul, ataupun keracunan sudah terjadi beberapa waktu kemudian.

 

Bagaimana cara agar obat dapat tidak terabsorbsi seluruhnya ?

Ya dengan di muntahkan atau di padatkan /di jerabkan ke bahan yang mampu menggandeng racun tersebut sehingga dia g akan bisa diabsorbsi oleh usus masuk ke darah, tapi justru langsung segera keluar melalui feses.  Untuk memuntahkannya, dapat digunakan obat yang memicu muntah itu seperti ipecacuanca sirup. Sirup ini telah terbukti mampu memicu muntah pada 90 % pasien. Meskipun demikian, penggunaan sirup ini telah banyak ditinggalkan karena belum ada evidence base yang membuktikan dapat mengurangi racun.

ada cara lainnya adalah bilas lambung (gastric aspiration and lavage), dimana cara ini lebih efektif, karena cairan lambung yang mengabdung racun tersebut diambil semua melalui mulut. Cara ini efektif digunakan pada 30 menit awal setelah kemasukkan racun, namun tidak efektif dengunakan setelahnya. Selain itu, cara ini tidak efektif atau bahkan tidak dianjurkan apabila racun bersifat korosif atau mengandung senyawa petroleum. (Why?)

Adapun cara dengan memadatkan/menjerab racun ke bahan lain yang mana mampu mencegah racun terabsorbsi adlaah dengan dengan bahan yang dinamakan arang aktif (Carbon/charchoal). Bahan ini mampu menjerab racun namun juga sari sari makanan karena memang tidak selektif. Namun charcoal tidak mampu menjerab logam berat seperti litium, zat besi, agen korosif, ataupun cairan organik. Selain itu juga bisa menggunakan kaolin, pectin. dimana kaolin dan pectin memiliki fungsi melapisi permukaan usus sehingga proses absorbsi terhambat.

Bagaimana dengan susu ?

Susu merupakan cairan yang kaya dengan kalsium dan protein. Kedua bentuk cairan tersebut tidak menawarkan SEMUA RACUN pada proses absorbsi. Hanya beberapa jenis racun saja, yakni racun – racun yang berupa logam berat, obat golongan tetrasiklin, golongan quinolon dan zat besi. Logam berat dan jenis obat – obatan tersebut akan berikatan dengan protein yang ada pada susu, sehingga protein+logam berat akan rusak dan keluar bersama feses sehingga mengurangi absornsi racun. Meskipun demikian, susu justru mampu mempercepat absobrsi golongan obat – obatan lainnya seperti grisiofulvin dan lainnya sehinggga jika keracunan obat jenis ini jangan diberikan susu.

 

trus, cara yang kedua, yakni mempercepat ekskresi obat yang udah masuk ke peredaran darah?

ternyata memberikan arang aktif dengan dosis berulang juga mampu meningkatkan eksresi obat dengan mekanisme peningkatan gastrointestinal dialisis. Meskipun demikian, penulis juga belum paham serta menemukan literature bagaimana mekanismenya dan logikanya !!!

sementara itu, cara lainnya adalah dengan menggunakan alkaline diurisis (penambahan natrium bikarbonat secara intravena), mampu mempercepat proses ekskresi serta mengurangi proses reabsobrsi pada ginjal. Logikanya adalah dengan penambahan senyawa yang bersifat basa di darah, maka tubuh akan segera merespon hal ini dengan cara mengeluarkan cairan urin karena tubuh harus menyeimbangkan pH darah menjadi netral (sesuai pH normal). Selain itu, ternyata agen agen diuretik seperti furosemid mampu meningkatkan kecepatan eksresi, sehingga furosemid injeksi sering digunakan pada beberapa kasus keracunan sebagai agen diuresis paksa yang dikombinasikan natrium bikorbonat (NaHCO3).

tetapi wan, kawan….yang tak kalah ekstrimnya dan efektif adalah menggunakan cuci darah atau sering disebut hemodialisis (hemodialisa) atau haemoperfusion. Jadi cara ini adalah membuka darah untuk dicuci diluar tubuh dan dikembalikan ke dalam tubuh lagi.

 

Demikian, dua konsep penting dalam menawarkanracun didalam tubuh!! yakni menghambat absorbsi nya atau mempercepat ekskresi racun.

 

Ada konsep yang tidak kalah pentingnya selain dua konsep tersebut, yakni konsep antidotum spesifik. Konsep antidotum spesifik ini adalah penawar racun seperti di film film kungfu seri yoko, yang kalo karacunan obat A penangkalnya obat B, namun obat B bahkan harus mencari penangkalnya naik ke gunung yang tempatnya sangat sangat terpencil, hehehe…

Contohnya neh, misal kita keracunan parasetamol, maka bisa digunakan konsep penghambatan absorbsi dan ekskresi tergantung lama waktu keracunan

namun ternyata, juga ada antidotum untuk keracunan parasetamol, yakni N-Acytelsisteine, yang merupakan penawar racun dari parasetamol.

 

Konsep penawaran racun :

1. Jika keracunan belum lama (0,5-1 jam), maka racun masih dalam fase absorbsi, sehingga dapat digunakan penghambatan absorbsi racun

2. Jika keracunan sudah lama, maka penghambatan absorbsi racun tidak berguna, solusi adalah percepat pengeluaran racun dalam darah melalui ekskresi

3. Gunakan penawar racun yagn spesifik jika telah diketahui jenis racun.

Macam – macam obat yang sering menjadi Racun beserta solusi keracunannya

image

1. Parasetamol

image

 

 

 

 image

 

imageimage

 

 

 

 

 

engobatan intoksisitas (anti dotum/anti racun)

  • Arang aktif sebagai anti dotum umum
  • Simtomatik (pengobatan dengan menghilang gejala sakit), karena tidak ada antidotum yang spesifik pada intoksikasi barbiturat
  • Bilas lambung untuk mengeluarkan sisa-sisa tablet yang tidak terabsorbsi, masih ada manfaat setelah beberapa jam (motilitas lambung –usus berkurang karena intoksikasi). Pembiasan baru dilakukan setelah tube trakeal dimasukkan, karena jika tidak dimasukkan akan terjadi bahaya aspirasi.
  • Intubasi dan pernapasan O2 pada pasien yang kebanyakan hipoksemis (penurunan konsentrasi oksigen dalam darah)
  • Mempertahankan sirkulasi dan fungsi ginjal , infus dengan plasmaexpander
  • Diuresis paksa dengan Furosemid i.v, dikombinasi dengan infus ekuivalen yang dilengkapi dengan NaHCO3 untuk membebaskan urin sehingga eliminasi barbiturat dipercepat. Dimana, Furosemid berguna untuk merangsang urin agar keluar dan fungsi dari Natrium Bikarbonat (NaHCO3) adalah untuk memberikan suasana basa.
  • Mungkin juga perlu dilakukan hemodialisis atau hemoperfusi (cuci darah)