Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Jumat, 23 September 2011

Perawatan berkembang sendiri sesuai dengan kebutuhan. Perawatan macamnya dibagi menjadi :

 

1. Breakdown Maintenance.

Kegiatan perawatan dilakukan saat mesin itu rusak. Apabila mesin tidak rusak maka G diperbaiki. Kelemahannya karena kita tidak bisa memprediksi kapan mesin rusak, akibatnya apabila mesin tersebut mesin produksi, maka produksi dapat terganggu. Di sini PPIC marah – marah karena target produksinya tidak tercapai.

2. Preventif Maintenance.

Perawatan rutin untuk pencegahan. Harus dilakukan penetapan, umur komponen rusak berapa bulan. Misal komponen tersebut  rusak 6 bulan atau berdasarkan running sekian jam harus diganti, maka komponen harus diganti baik rusak atau tidak rusak pada tempo waktu 6 bulan tersebut atau sekian jam tersebut. Contoh preventif mainenance secara sederhana adalah kita selalu ganti oli mesin motor ketika sudah kita gunakan berapa kilometer perjalanan. Disini bagian keuangan yang marah – marah, karena kemarin baru ganti, kok sekarang minta uang lagi buat ganti.

3. Predictive Maintenance.

Misal Mesin ini bergerak, dan gerakan menimbulkan panas, dan panas ini menyebabkan geseran ataupun kerusakan.  Maka perawatan dilakukan dengan Conditional base monitoring, yakni panasnya normal atau tidak, jika normal maka tidak rusak, jika tidak normal maka perlu diganti. Dilakukan pengecekan setiap bulannya, oh panasnya g normal neh, udah mulai goyang ne alatnya, Apabila ditemukan hal seperti itu, meskipun tempo alat harusnya diganti 6 bulan, tetapi karena udah goyang, maka harus diganti. Jadi Predeictive Maintenance mampu memperlama pergantian komponen daripada jadwal preventif maintenance maupun lebih cepat daripada jadwal (misal saja jika mesin produksi di gunakan sering daripada kondisi normal untuk lembur). Di sini bagian Finance, dan PPIC puas, G marah – marah lagi, namun bagian teknik yang kerjanya menjadi rutin, karena tiap bulan selalu ngecekin.

4. Corrective Maintenance.

Karena bagian teknik secara rutin memeriksa alat melalui predictive maintenance, maka bagian teknik mempunyai track record mesin, ngapain 1 bulan sekali, jika mesin yang rusak ternyata selalu rusaknya setiap 2 bulan sekali. Sehingga track record mesin ini dapat di gunakan untuk menjadwal perawatan dilakukan dalam tempo waktu yang sesuai. Di sini juga menganalisa sampe bagaiman kerja mesin, apakah kerja keras atau normal sehingga dapat di gunakan patokan untuk menyusun jadwal.

5. Productive Maintenance

Di sini sudah melihat bahwa eginering tidak hanya sebagai supportive perbaikan , tetapi juga menghasilkan produktive aktifity. Seperti membuat komponen- komponen yang mudah dibuat sehingga tidak perlu beli. Memperbaiki komponen yang rusak.

6. Total Productive Maintenance.

Sudah melibatkan pengguna, Maintenance secara mandiri. Teknisi di sela – sela waktu kosongnya mentraining operator bagaimana cara merawat mesin

7. Otonomos.

Menshare ilmu agar perawatan bisa dilakukan user. Jadi otonomos dimaksudkan perawatan dapat dilakukan oleh user sendiri.

 

Dari ketuju bagian tersebut, tidak terpisahkan. Harus dikombinasikan melihat efektifitas masalah yang dihadapi. misal saja, jika mesin tersebut lampu, maka tidak perlu preventif maintenance, cukup breakdown maintenance aja, dan begitu pula apabila mesin yang perlu penanganan khusus, tidak boleh breakdown maintenance.

 

Down time.

Apabila mesin tersebut sedang dilakukan tindakan perawatan karena rusak, maka waktu mesin di perbaiki itulah yang disebut down time. Misal mesin mengalami breakdown, dan produksi berhenti. Maka Harus di hitung berapa waktu downtime nya??

Hal ini sebagai upaya memutuskan apakah produksi akan dilakukan overtime (lembur), atau produksi dilanjutkan besok. Apabila dilanjutkan besok, maka target produksi akan tidak terpenuhi namun apabila overtime harus menambahkan biaya kepada pegawai lembur. Untuk itu, perlunya downtime sebagai penghitung biaya lembur yang akan dikeluarkan. Karena kita akan tahu berapa waktu lembur yang akan digunakan. Misal Industri Farmasi peroperasi produksi dari jam 07.30 sampai 16.00 untuk menghasilkan satu batch. dan mesin breakdown pukul 10.00 dan teknik memutuskan breakdown 2 jam. Maka mesin dapat digunakan lagi pukul 12.00. Sementara proses produksi menggunakan mesin itu berapa jam. maka dapat dihitung waktu lemburnya.

5 komentar:

juny mengatakan...

mas mau tanya kalo mesin berhenti karena udah waktunya sparepart ganti itu termasuk downtime ga? makasih

Namaku Amri mengatakan...

kak

mengenai ini
"Misal Industri Farmasi peroperasi produksi dari jam 07.30 sampai 16.00 untuk menghasilkan satu batch. dan mesin breakdown pukul 10.00 dan teknik memutuskan breakdown 2 jam. Maka mesin dapat digunakan lagi pukul 12.00. Sementara proses produksi menggunakan mesin itu berapa jam. maka dapat dihitung waktu lemburnya."

bisa dijelaskan secara detail bagian ini tidak ?
"maka dapat dihitung waktu lemburnya"
cara kalkulasi waktu lemburnya gimana ya ?

email ke sini ya kk fajarkholikulamri@gmail.com

terimakasih

Unknown mengatakan...

Mas, beda delay, down time dan breakdown itu bisa dijelaskan lebih rinci gag ???

tokomesinku mengatakan...

trimakasih artikelnya, salam

Anonim mengatakan...

Layanan Pendanaan Le_Meridian melampaui dan melampaui persyaratan mereka untuk membantu saya dengan pinjaman saya yang saya gunakan memperluas bisnis farmasi saya, Mereka adalah permata yang ramah, profesional, dan mutlak untuk bekerja dengan. Saya akan merekomendasikan siapa pun yang mencari pinjaman untuk dihubungi. Email..lfdsloans@lemeridianfds.com Atau lfdsloans@outlook.com.WhatsApp ... + 19893943740.