Total Pengunjung Blog
Buku & Sastra Made Gue
All about CPOB
- download CPOB 2006 dan PCPOB 2009
- "catatan" dokumentasi berdasar CPOB
- Pets control berdasar CPOB 2006 serta implementasinya
- inspeksi diri dan audit berdasar CPOB 2006
- dasar - dasar kalibrasi alat
- Apa itu retain sampel BB dan produk jadi serta ongoing stabiliti?
- water treatment for pharmaceutical use
- Berbagai bentuk perawatan mesin industri farmasi dan pengertian downtime
- Apa itu retain sampel BB dan produk jadi serta ongoing stabiliti?
- Alat pengatur tekanan udara (magnehelic)
- instalasi pengolahan air limbah with aerob system
- Master requirment planning
- master production scheduling
- Cleaning validation
- 10 prinsip CPOB
- Validasi proses
- HVAC (Heating ventilation air conditioning
- water treatment in pharmaceutical industrion
- tata ruang industri farmasi beta laktam production & non betalaktam
- stability studi?
Penelitian & Kuliah
- Tips hemat dalam penelitian
- kristalisasi sederhana
- pelarut murni, perlukah untuk penelitian ?
- Cara memurnikan sampel yang jumlahnya sedikit ?
- Mendaur ulang silika bekas kromatografi kolom
- cara memilih hewan uji untuk penelitian
- Agar tak menjadi plagiat
- cara memilih solven untuk fase gerak KLT
- Pola data statistika yang sering di jumpai difarmasi
- tips mencari referensi ilmiah untuk mengerjakan tugas akhir
- Tutorial ms.word, mumudahkan menulis skirpsi (membuat daftar isi, page number, daftar pustaka
- Informasi seputar Beasiswa unggulan dan tips agar diterima
- Berbagai macam judul buku farmasi untuk referensi
- Cara download gratis jurnal berbayar maupun ebook
Daftar ISI
- computer and software (5)
- creative (18)
- dari blog friensdster (32)
- DETERJEN (9)
- KOPI (24)
- kuliah and buku (31)
- my BOOK (5)
- pascasarjana (43)
- PENELITIAN (16)
- PERISAI DIRI (12)
- PRIBADIKU (38)
- profesi (45)
- Sastra (98)
- Tips (24)
Pengikut
Popular Posts
-
Dear temen…kali ini andy lagi di tugasi oleh dosen untuk menulis 50 bahasa latin, gara =gara pretest andy g memenuhi kualifikasi.hehehe…...
-
Bagan alur ada di bawah….andy tampilkan di awal tulisan, agar nanti setelah membaca bagan bisa lebih paham.
-
PEMBALUT Pembalut tipis/plester of paris, sebelum pasien diberi pembalut gips, maka bagian tubuh tersebut diberi lapisan kapas gips yan...
-
Nama panjangku, Andy Eko wibowo, lahir pada tanggal 2 Juni 1988. Ayah bernama Dwi Yanto, dan Ibu bernama Retno Asih suminiati. Mempunyai dua...
-
Dear teman…..dear kawan-kawan sejawat farmasi dan kawan-kawan tercinta…meninjau kebutuhan teman-teman profesi terutama untuk yang angka...
-
Dear kawan kawan……..kali ini saya akan membagi pengalaman bagaimana MUDAHNYA mendapatkan beasiswa unggulan!!! sebelumnya, saya akan memberi...
-
Dear kawan…… Kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana memilih fase gerak untuk kromatografi lapis tipis. Memilih solven sebagai ...
-
Dalam sebuah karya ilmiah baik itu sebuah penelitian maupun karya tulis tentunya para peneliti harus memiliki sumber referensi. Sumber refer...
-
Pada petunjuk CPOB 2009 Bab Bagunan dan Fasilitas, disebutkan bahwa untuk mencegah kontamination silang ( cross contamination) hendaklah dia...
-
sebelum menginjak ke pelayanan obat tanpa resep kita harus tahu terlebih dahulu apa itu obat tanpa resep??? klo obat dengan resep i...
Jumat, 11 Agustus 2017
buku akan mencegah pembacanya agar tidak jatuh dilubang yang telah
menjatuhkan pendahulunya
Rekan – rekan apoteker semuanya, banyak sekali rekan – rekan
apoteker yang jatuh di lubang yang sama, lubang yang telah dijerumusi oleh
apoteker – apoteker lainnya dalam mengelola keuangan apotek. Mengapa itu bisa terjadi?
Karena apoteker tersebut tidak membaca kesalahan – kesalahan para apoteker
tersebut sebelumnya, sehingga mereka terjatuh pada lubang yang sama. Buku ini
dibuat agar apoteker muslim tidak terjatuh pada lubang yang sama yang
menjerumuskan para apoteker dalam mengelola keuangan apotek. Berikut lima
kesalahan apoteker yang tidak boleh dilakukan apoteker muslim dalam mengelola
keuangan apotek :
Pertama, Banyak apoteker yang saat membuka apotek, salah dalam
mengalokasikan uangnya.
Kasus yang nyata, yang di alami oleh rekan sejawat saya
sekitar tahun 2015. Rekan sejawat ini mendapatkan dana dari investor dengan
nominal 150 juta untuk membuka apotek. Rekan sejawat tersebut memutuskan untuk
langsung mencari kontrakkan senilai 75 juta untuk 5 tahun. Kemudian dia meminta
kepada desain interior serta membangun apotek megahnya dengan nilai 25 juta.
Uang dari investor yang tersisa adalah 100 juta. Dia berencana untuk membeli
persediaan senilai 20 juta dan menyisakan dana cadangannya 30 juta sebagai
operasional selama 1 tahun. Apa yang salah dengan kondisi tersebut? Ini adalah
kondisi yang bisa diperdebatkan salah benarnya. Namun mari kita lihat bagiamana
dia mengalokasikan dana dalam membuka apotek tersebut.
Rekan – rekan apoteker semua, mau tidak mau, kita
harus menyebut bisnis apotek adalah sebuah bisnis retail dengan obat sebagai
komoditi utama. Untuk memahami secara keseluruhan bisnis apotek tersebut, Rekan
– rekan Apoteker harus memahami tentang alur bisnis apotek. Bayangkan apabila
kita memiliki modal usaha berupa uang
cash, maka saat kita akan membuka sebuah apotek, uang cash tersebut akan di
alokasikan untuk :
1. Membeli alat (sewa gedung, etalase, interior,
alat – alat).
2. Persediaan dagang berupa obat – obatan
3. uang cash memenuhi kebutuhan operasional
harian
Kesalahan fatal
para apoteker pemula adalah membelanjakan uang cash tersebut lebih besar di pembelian alat/investasi daripada persediaan dagang ataupun
mengalokasikan tetap menjadi uang cash.
Apoteker pemula memiliki bayangan akan apotek yang mewah dan elegant dengan
fasilitas serba ada dan terbaik mirip mall – mall. Kenyataannya, Alat-alat
dikenal sebagai aktiva tetap, yang
mana alat – alat tersebut tidak akan memberikan pemasukkan secara langsung
ketika apotek berdiri, berbeda halnya
dengan persediaan obat yang sering
dikenal dengan aktiva lancar, dimana
persediaan obat dapat memberikan
pemasukkan uang cash secara langsung.
Persediaan dagang dikenal sebagai salah satu aktiva lancar
(selain uang cash dan piutang) yang sesungguhnya merupakan
modal utama kita dalam menumbuhkan bisnis apotek. Pola pikir yang harus di
bangun ketika apotek baru berdiri adalah yang terpenting, bagaimana jualan
apotek dapat segera menghasilkan uang cash. Poin ini yang terpenting !!
Ekstrimnya, Bila tanpa bangunan bisa mencetak uang cash, lakukan! Bila tanpa
etalase bisa menghasilkan uang cash, lakukan! Bila tanpa alat alat bisa
mendapatkan uang cash, lakukan !!! Kesalahan apoteker pemula lebih mengeluarkan
anggaran terbesar di peralatan daripada persediaan dagang. Beberapa kesalahan
apoteker lainnya adalah pada saat pengadaan persediaan dagang tidak didasari
pada data. Data yang bisa digunakan adalah data produk terlaris atau data
berdasarkan pareto. Lho !! memang bagaimana kita cari data pareto atau fast
movingnya bila apotek saja belum berdiri? Gunakan data apotek sekitar bila bisa
atau data apotek yang setipe dengan apotek yang akan di buat atau lihat data
neilson /topbrand.
Uang cash yang juga suatu aktiva lancar adalah tujuan utama kita berbisnis. Bisnis
apotek tidak akan gulung tikar selama kita masih memiliki uang cash. Berapapun
meruginya apotek, asal masih memiliki uang cash, apotek akan masih tetap dapat
berjalan. Kesalahan apoteker pemula dalam menyediakan uang cash dalam mencukupi
kebutuhan operasional bulanan adalah apoteker tidak mampu memprediksi seberapa
banyak uang cash yang dibutuhkan sampai apotek benar benar dapat mencukupi
kebutuhan operasionalnya sendiri. Maksudnya??? Apoteker pemula tidak bisa
memprediksi berapa uang cash yang harus dicadangkan sampai apotek dengan
pemasukkannya, dapat mencukupi kebutuhan operasionalnya. Atau, dalam Bahasa
ekonomi dinamakan apotek mencapai titik break
event point (BEP).
Kesalahan kedua, Banyak rekan – rekan apoteker yang tidak memahami
tentang alur bisnis apotek
Pemahaman tentang alur bisnis apotek wajib untuk dipahami
oleh rekan – rekan apoteker semua. Apabila alur bisnis apotek tidak dipahami
dengan baik, bisa jadi para apoteker akan terjebak jika hanya berkutat pada
pelayanan pasien saja, sementara alur bisnis apotek terutama bagaimana alur
uang, dan alur barang benar – benar tidak dipahami, akan sangat fatal, bisa
jadi tiba tiba saja uang cash tidak ada, tagihan pelunasan hutang menumpuk,
banyak obat – obat tidak laku dan hampir ED.
Nah...untuk itu,
penting sekali rekan – rekan apoteker untuk memahami tentang bagaimana alur
bisnis apotek tersebut berlangsung. Mari kita belajar tentang alur tersebut.
Modal dalam bentuk Uang cash pastinya akan kita gunakan untuk membeli persediaan. Nilai pembelian Persediaan tersebut disebut dengan harga beli. Persediaan tersebut akan
menjadi stok persediaan yang akan
dijual senilai harga jual, yang mana
selisih antara harga jual dengan harga beli merupakan potensi keuntungan/laba
kotor kita. Jika persediaan tersebut
terjual, maka jumlah persediaan yang terjual dalam tempo waktu tertentu
tersebut sering kali disebut dengan Omzet
/Sales. Dari omzet/sales itu apabila dikurangkan dengan harga pokok
penjualan barang/HPP (Jumlah total harga beli dari barang yang terjual), maka akan diperoleh keuntungan kotor/laba kotor. Dari keuntungan kotor ini apabila
dikurangi dengan seluruh pengeluaran
operasional maka akan diperoleh kondisi :
3.
keuntungan kotor /laba kotor lebih kecil daripada
pengeluaran operasional, maka kondisi ini disebut rugi/tidak untung. Misal laba
kotor 5 juta dan operasional 10 juta, maka apotek rugi 5 juta.
4.
Keuntungan kotor/laba kotor sama dengan pengeluaran
operasional, maka kondisi ini disebut titik impas (break event point /BEP).
Misal laba kotor 10 juta dan operasional 10 juta, maka apotek tidak untung dan
tidak rugi. Seberapa cepat apotek dalam
setiap bulannya mencapai kondisi BEP ini, adalah target pertama yang harus
dilalui apotek. Misal, dihari 10 pada setiap bulannya, apotek buka, telah
mencapai kondisi BEP, maka hari ke 11 sampai ketiga puluh apabila sudah tidak
ada operasional lagi, maka tinggal mengumpulkan laba bersih saja. Kondisi ini
adalah di kondisi ketiga, yakni :
5.
Keuntungan kotor/laba kotor lebih besar daripada pengeluaran
operasional, kondisi ini disebut untung/laba bersih. Kondisi inilah yang
diinginkan oleh setiap pengusaha apotek. Misal laba kotor 15 juta dan
operasional 10 juta, maka apotek
memiliki laba bersih 5 juta.
Laba bersih inilah
tujuan utama kita, dan apabila total laba bersih selama menjalankan apotek
nilainya sama dengan modal awal, maka disebut sebagai kondisi pay back period (balik modal). laba
bersih ini dapat kita gunakan sebagai tiga pilihan :
1.
Diambil sebagai free
cash money yang dapat bebas diambil oleh owner apotek.
2.
Laba bersih dapat pula digunakan sebagai tambahan modal atau
sering disebut sebagai laba ditahan. Laba
ditahan ini dapat digunakan gunakan sebagai tambahan modal untuk melengkapi
varian persediaan dan dijual lagi terus menerus mengikuti siklus alur bisnis
apotek namun tentunya dapat meningkatkan omzet sehingga dapat pula meningkatkan
laba bersihnya. Dari laba ditahan ini, apotek dapat tumbuh membesar secara
alami. Laba ditahan ini dapat pula digunakan untuk berinvestasi peralatan yang
dapat mendukung pertumbuhan apotek.
3.
Laba bersih diambil beberapa porsi sebagai free cash money dan beberapa porsi sebagai
laba ditahan. Poin ketiga ini yang sering digunakan.
Sebagai penekanan akan saya ulangi,
laba bersih yang ditahan
sebagai laba ditahan, akan menambah modal awal apotek. Dari laba ditahan ini, Apotek
akan terus menerus bertumbuh
Alur bisnis diatas
dinamakan alur bisnis alamiah, karena pertumbuhan bisnis secara alami tidak
dipengaruhi oleh faktor luar. Sering disebut juga alur pertumbuhan bisnis
organik.
Ada alur bisnis
yang tidak alamiah, karena pertumbuhan bisnis juga di pengaruhi oleh faktor
luar yakni hutang pihak ke 3 atau tambahan modal milik investor. Berikut
alurnya :
Apotek dapat tumbuh
non organik dengan adanya tambahan modal yang berasal dari hutang pihak ketiga.
Dalam alur bisnis ini, bila apoteker pandai mengelola antara uang yang masuk dan uang yang keluar dapat tumbuh secara lebih cepat daripada
pertumbuhan bisnis organik. Namun, yang perlu di ingat adalah “pelunasan hutang
tiap bulannya itu pasti, sedangkan pemasukkan apotek tiap bulannya itu tidak
pasti”. Disinilah rekan – rekan apoteker sering terjerumus dalam jebakannya.
Rekan rekan apoteker tidak memperhitungkan kemampuan mereka dalam melunasi
hutang setiap bulannya. Pada akhirnya, akibat laba bersih yang tidak cukup
untuk melunasi hutang bulanannya, maka hutang yang sesungguhnya mampu
menumbuhkan bisnis apotek, justru menjadi buah simalakama, karena pelunasan
hutang tiap bulannya sudah tidak berasal
dari pemasukkan apotek namun dari modal
yang dimiliki sendiri. Disamping hal tersebut, hutang pihak ke 3 terutama Bank,
menambah beratnya cicilan, karena selain harus melunasi pokok pinjaman, juga
harus membayar bunga bank. Hal ini lah yang menyebabkan Rosullulah mengharamkan
bunga bank, karena termasuk dalam Riba.
Berbeda dengan
pinjaman/hutang pihak ketiga, pertumbuhan apotek non organik menggunakan
tambahan modal investor nampaknya sangat menjanjikan. Hal ini terkait, bila
masih merugi, maka apoteker tidak berkwajiban untuk melakukan cicilan. Namun
pertanyaannya adalah, Apakah dengan kemampuan rekan – rekan apoteker saat ini,
yang mana kridibilitas belum terbangun, kemampuan pengelolaan apotek belum
terasah, adakah orang yang mau menjadi investor rekan rekan semua? Kesalahan
para apoteker yang yang sudah mendapatkan investor adalah tidak amanah dalam
mengelola uang dari investor serta menghancurkan nama baiknya sendiri karena
tidak transparan dalam mengelola keuangan. Buku ini menjadi alternatif
tersendiri untuk para apoteker dalam rangka menjamin kepercayaan para investor
terkait transparansi pengelolaan uangnya serta membangun kridibilitas diri.
Kesalahan ketiga, Apoteker
tidak memahami apa yang dinamakan cash gap
Ini adalah
kesalahan yang paling sering dilakukan para apoteker dan jika kesalahan ini
tidak di tanggulangi secara cepat, dapat membuat apotek segera tutup. Kesalahan
ini sangat fatal akibatnya, karena uang cash bisa habis, tagihan hutang
menumpuk, dan persediaan obat diam ditempat bahkan banyak yang hampir ED.
Rekan – rekan
apoteker semua, apa rekan rekan semua paham apa yang dinamakan cash gap? Akan
saya jawab dengan contoh.
Apoteker Y
mengelola Apotek X. Omzet saat ini adalah 50 juta/minggu. Apotek X melakukan
pembelian persediaan dengan system pembayaran kridit selama 2 minggu. Apoteker
Y melakukan perencanaan pembelian persediaan untuk kebutuhan selama 1 bulan
yakni sebesar kurang lebih 40 juta x 4 = 160 juta.
Pada minggu I
Apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang.
Pada minggu II,
Apotek X memiliki omzet 50 juta dan
melunasi hutang dagang 160 juta. Pada minggu ini lah cash gap terjadi, karena
Apotek X yang memiliki uang 100 juta harus melunasi hutang dagangnya 160 juta.
Sehingga apotek X harus mengambil uang sebanyak 60 juta dari cash (bisa jadi
dari modal) untuk melunasi hutang dagang tersebut, dengan kata lain “tombok
dulu”.
Pada minggu III,
Apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang
Pada minggu IV,
apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang.
Minggu III dan
minggu IV akhirnya apotek X memiliki uang dari hasil penjualan barangnya,
meskipun demikian apotek X harus tombok pada minggu II.
Bayangkan apabila
kejadian minggu kedua tersebut terjadi berulang kali sementara persediaan uang
cash tidak mampu mengcover “tombok” nya, maka yang terjadi adalah uang cash
selalu habis padahal omzet selalu naik. Dari sini kita tinggal menunggu
bagaimana apotek tersebut kesusahan dalam cash bila tidak segera menyadarinya, dan
tentunya kridibilitas nya dimata supplier hancur akibat mengundur – undur
pelunasan hutang.
Celakanya,
terkadang, Apoteker melakukan pembelian persediaan obat slow moving berlebih,
akibatnya banyak persediaan obat yang diam ditempat tanpa menghasilkan
penjualan. Persediaan tersebut disebut persediaan berpotensi rugi karena bisa
menjadi produk rusak/defect akibat Expired Date.
Rekan – rekan
apoteker semua, coba bandingkan dengan kasus dibawah ini :
Apoteker Andy
mengelola Apotek Indah Farma. Omzet saat ini adalah 50 juta/minggu. Apoteker
Andy melakukan pembelian persediaan dengan system pembayaran kridit selama 2
minggu. Apoteker andy melakukan perencanaan pembeliaan persediaan selama 2
minggu yakni sebesar kurang lebih 40 juta/minggu x 2 = 80 juta.
Pada minggu I,
Apotek Indah Farma memperoleh omzet 50 juta dan tidak melakukan pelunasan
hutang
Pada minggu II,
Apotek Indah Farma memperoleh omzet 50 juta dan melakukan pelunasan hutang
sebanyak 80 juta.
Omzet selama dua
minggu adalah 100 juta, melunasi hutang sebanyak 80 juta, sehingga sisa 20
juta.
Bagaimana rekan
rekan apoteker semua? Paham? Bagaimana pentingnya para apoteker memahami cash
gap dan mengaturnya.
Kesalahan keempat, Apoteker
pemula tidak memahami pentingnya membagi pengeluaran apotek / operasional
apotek berdasarkan bagian – bagian penting yang menunjang pertumbuhan apotek
Kesalahan ini
adalah kesalahan klasik yang hampir dilakukan sebagian besar apotek. Pendidikan
S1 sampai profesi apoteker yang lebih didominasi oleh pelayanan kefarmasian
diduga menyebabkan kebanyakan orientasi para apoteker hanyalah berfokus pada
pelayanan kefarmasian saja. Padahal, ketika rekan – rekan apoteker berkecimbung
di apotek, mau tidak mau, tumbuh kembangnya apotek tersebut dipengaruhi oleh
setidaknya 4 bagian yang semuanya harus diaktifasi dan saling berkontraksi.
Empat bagian tersebut harus dijalankan dengan baik agar apotek dapat bertumbuh
dengan baik pula. Untuk menjalankan keempat bagian tersebut, tentunya rekan
rekan apoteker harus menyediakan anggaran agar aktifitas disetiap empat empat
bagian tersebut terlaksana dengan baik.
1. Bagian Operasional/bagian produksi. Bagian operasional ini mulai dari
pengadaan obat, pergudangan, stok, hingga pelayanan kefarmasian. Rata – rata
rekan sejawat hanya terfokus di bagian ini sajadan disinilah celah para pembaca
buku ini, agar segera tersadar, bahwa ada bagian lain yang harus digerakkan
untuk meningkatkan pertumbuhan apotek agar lebih cepat. Sering kali, struktur
organisasi apotek juga hanya melihat bagian ini saja.
2. Bagian marketing. Bagian inilah yang menggerakkan pelanggan agar
memilih apotek kita daripada apotek lainnya. Bagian inilah yang membuat para
pelanggan tahu tentang keunggulan apotek kita, serta loyal di apotek kita. Yang
perlu diingat dalam bagian marketing ini adalah soft selling, tidak hard
selling. Tentunya butuh anggaran untuk menggerakkan bagian ini. Meskipun
demikian, di era digital ini, aktifitas marketing dapat dijalani dengan murah.
3. Bagian Sumber daya manusia. Bagian ini tidak kalah pentingnya. Sumber
daya yang terkontrol dengan aturan dan terlatih dengan setiap pelatihan yang
mendukung mereka akan menghasilkan nilai lebih.
4. Keuangan. Bagian ini mampu merencanakan keuangan, serta mengatur
keuangan keluar masuk dengan baik. Serta membagi semua bagian divisi dapat
bergerak sesuai porsi masing – masing sehingga organisasi dapat tumbuh beerkat
support dana operasional yang baik di bagian masing – masing.
Rekan – rekan apoteker semua, setidaknya dana harus dialokasikan di 4
bagian tersebut dengan porsi masing – masing dan komposisi terbaik agar apotek
dapat tumbuh maksimal dan cepat. Bagaimana dengan apotek yang baru berdiri, dan
tidak memiliki SDM cukup? Tidak perlu SDM yang cukup untuk menggerakkan empat
bagian tersebut, yang terpenting adalah semua kegiatan yang meliputi 4 bagian
tersebut terlaksana dengan baik. Apalagi saat ini, era digital (facebook,
instagram, whatsapp, youtube, telegram, computer) , memungkinkan 4 hal tersebut
dijalankan secara efektif oleh jumlah personil yang terbatas
Kesalahan kelima, Apoteker
tidak memahami tentang apa yang dinamakan bisnis owner ataupun bisnis
operasional, serta dimana mereka harus berperan
Di dalam bisnis
secara umum termasuk bisnis apotek, ada dua peran utama yang masing – masing
peran memiliki bagian tersendiri, yakni bagian bisnis owner dan bisnis
operasional. Bisnis owner di dalam bisnis apotek adalah pemilik sarana
apotek/PSA, sedangkan bisnis operasional adalah Apoteker pengelola Apotek.
Kesalahan rekan – rekan apoteker adalah, banyak diantara mereka yang tidak
mengetahui perbedaan antara pola pikir bisnis owner dan bisnis operasional.
Bisnis owner memiliki peran menganalisa kondisi bisnis apotek dan membuat
kebijakan – kebijakan untuk dilakukan oleh bisnis operasional. Sedangkan bisnis
operasional berperan menjalankan kebijakan – kebijakan dari bisnis owner dengan
berbagai macam cara seperti instruksi kerja, strategi marketing, perubahan
aturan, dan lain – lainnya.
Misal, bisnis owner
membuat kebijakan agar biaya operasional bulan depan dapat ditekan dari yang
mulanya 10 juta menjadi 8 juta. Bisnis operasional tugasnya adalah membuat sistem
atau membuat kegiatan kegiatan yagn dapat menurunkan biaya operasional apotek
seperti aturan kapan menghidupkan lampu, computer, perangkat elektronik lainnya
dan mematikannya, mengalihkan karyawan yang tidak produktif ke bagian produktif
ataupun memecatnya, menurunkan biaya belanja atau konsumsi plastic kresek dan
lainnya.
Contoh lagi, bisnis
owner ingin bulan depan penjualannya naik dari 50 juta menjadi 80 juta tanpa
harus meningkatkan operasionalnya. Maka tugas bisnis operasional adalah membuat
strategi strategi marketing agar penjualannya dapat meningkat menjadi 80 juta.
Misal, bisnis owner
menginstruksikan agar bisnis operasional dapat memberikan free cash money untuk
bisnis owner 25 juta dan free cash money tersebut dapat diambil dari 50 % laba
bersih. Maka tugas bisnis operasional adalah mengatur laba kotor yang dikurangi
operasional dapat menimbulkan laba bersih 50 juta, sehingga bisnis owner dapat
menerima free cash 25 juta.
Rekan – rekan
apoteker semua, Dari contoh – contoh tersebut, pasti rekan – rekan semua
tersenyum simpul, ternyata seperti itu ya! Dari contoh – contoh tersebut, rekan
– rekan pasti tercerahkan dan bagi para apoteker yang juga merupakan pemilik
apotek, harusnya mulai saat ini secara sadar dapat berperan kapan berperan
menjadi bisnis owner dan kapan berperan sebagai bisnis operasional. Pertanyaan
yang harus dijawab oleh rekan – rekan apoteker semua adalah bagaimana bisnis
owner mengetahui apa saja yang harus diperbuat? Bagaimana bisnis owner dapat
mengetahui kapan bisnis harus dilakukan penurunan biaya operasional, kapan bisnis harus ditingkatkan
omzetnya, kapan bisnis harus diambil free cash moneynya, mengetahui sehat
tidaknya bisnis apotek, dan hal lainnya.
Sedangkan
pertanyaan kedua adalah bagaimana bisnis operasional mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika bisnis owner membuat suatu kebijakan?
Menarik sekali
bukan?
Pertanyaan pertama
akan dijawab semuanya di buku ini, sedangkan pertanyaan kedua, nampaknya buku
“Bisnis model apotek masa kini” harus rekan rekan apoteker koleksi karena dalam
buku tersebut dibahas tentang berbagai kumpulan strategi yan g aplikatif
beserta form, software, maupun tools lainnya yang harus di kuasai oleh para
apoteker yang sedang menjalani bisnis operasional.
Kesalahan Keenam, Apoteker
tidak mengenali dashboard – dashboard keuangan apotek
Darimana dasar -
dasar seorang bisnis owner dapat mengambil keputusan – keputusan yang akan di
jalankan oleh bisnis operasional ? Jawabannya ada di bagian ini! Kesalahan rekan
rekan apoteker yang berperan sebagai bisnis owner adalah tidak memahami
dashboard dashboard keuangan apotek. Akibatnya, sering kali apoteker mengalami
kesalahan dalam mengambil keputusan.
Apakah hal ini juga
penting untuk bisnis operasional ? Pemahaman mengenai dashboard dashboard
keuangan apotek oleh bisnis operasional juga dapat memberikan keuntungan
tersendiri bagi mereka, untuk mengatur bagaimana cara bernegosiasi ke bisnis
owner mengenai bonus yang didapatkan apabila target targetnya terpenuhi.
Dari beberapa
penjelasan diatas baik bisnis owner maupun bisnis operasional wajib memahami
tentang dashboard keuangan tersebut.
1.
Dashboard pertama, mengetahui apakah uang cash lebih banyak
yang masuk daripada uang cash yang keluar. Tentunya hal ini penting sekali,
bayangkan apabila uang cash di bisnis apotek setiap bulannya lebih banyak yang
keluar daripada uang cash yang masuk, Ya besar pasak daripada tiang deh !!!!
Dari sini nanti dapat di evaluasi apakah pembelian dan operasional lebih besar
daripada pemasukan (penjualan) atau tidak. Sama halnya kita, jika pengeluaran
kita lebih besar daripada pemasukkan, akibatnya pasti kita hutang kanan hutang
kiri kan.. Nah…untuk itu, dashboard ini sangat sangat penting untuk dapat me
ngereem belanja pembelian dan operasional serta menggenjot pemasukkan. Dashboard
ini di sebut sebagai laporan arus cash/cash flow report. Cash flow ini adalah
cctv tepat di pintu dompet kita,
sehingga kita dapat mengetahui uang yang keluar, dianggarkan kemana saja dan
uang yang masuk darimana saja, serta seberapa besar selisih uang masuk dan
keluar.
2.
Dashboard yang kedua adalah timbangan apotek. Apotek yang
sehat ditandai dengan pertumbuhannya dari waktu ke waktu. Untuk mengukur
seberapa besar pertumbuhan apotek dari waktu ke waktu maka ditimbanglah semua
harta yang dimiliki oleh apotek dan dibandingkan dari periode – periode lalu. Dalam
timbangan apotek tersebut haruslah diketahui apakah harta-harta yang dimiliki
apotek itu milik sendiri atau berasal dari hutang, atau berasal dari investor,
atau kombinasi. Maka dari itu timbangan tersebut dibagi menjadi dua bagian,
bagian pertama disebut aktiva, dan bagian kedua disebut pasiva. Bagian aktiva
terdiri dari uang cash, piutang, persediaan, investasi, biaya dibayar dimuka,
dan god will. Sedangkan bagian pasiva terdiri dari hutang dagang, hutang pihak
ke-3, hutang pajak, modal, modal pihak ke 3, laba ditahan, dan laba saat ini.
Timbangan ini dinamakan neraca aktiva pasiva. Timbangan ini merupakan review
gambaran apotek saat ini, sehat atau tidak.
3.
Dashboard yang ketiga digunakan untuk mengetahui apakah
apotek tersebut mendapatkan keuntungan atau kerugian pada periode tertentu.
Dengan dashboard ini, rekan – rekan apoteker dapat mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapatkan dan dapatkah keuntungan tersebut diambil sebagai
free cash money atau tidak. Selain itu, dengan dashboard ini, rekan rekan
apoteker dapat mengetahui apakah pembeliannya lebih mahal daripada pembelian
yang lalu serta seberapa tinggi biaya operasional apotek, lebih efisen kah atau
terlalu menghambur hamburkan uang. Laporan ini sering disebut sebagai laporan
laba rugi/income statement.
Mari kita susun ulang 3 dashboard tersebut dalam sebuah rinkasan :
Buku ini membahas bagaimana agar rekan rekan apoteker membuat dashboard
dasboard tersebut dengan metode yang sederhana serta menganalisa dashboard
tersebut untuk kepentingan pertumbuhan apotek. Selain itu, dengan dashboard –
dashboard tersebut para apoteker dapat menngerti mindsite pengusaha apotek agar
apoteknya terus menerus tumbuh.
4. Administrasi
keuangan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan Apotek
Untuk memahami administrasi
keuangann apotek, harus memahami alur dari pergerakkan uang di apotek terlebih
dahulu. Setelah mengetahui alurnya, kita menentukan titik mana saja yang harus
di administrasikan. Berikut alur pergerakkan uang yang ada di apotek :
Lihatlah bagan diatas. Dari bagan tersebut kita dapat
mengetahui administrasi keuangan yang harus tercatat (dalam bentuk buku atau
ms.excell) antara lain :
1. Form
Pembelian persediaan obat dalam bentuk cash
2. Form
Pembelian persediaan obat dalam bentuk tempo/kridit (pembelian ini berdampak
dengan penambahan hutang dagang)
3. Form
Pelunasan hutang akibat pembelian persediaan obat dalam bentuk tempo/kridit
(pelunasan ini berdampak mengurangi hutang dagang).
4. Form
penjualan cash
5. Form
operasional
6. Form
hutang bank dan pelunasan hutang
0 komentar:
Posting Komentar
komentari dunk....(tapi maaf ya...karena banyak spam yang masuk, maka saya harus terpaksa memunculkan verifikasi kata)