Total Pengunjung Blog

Pengikut

Popular Posts

Jumat, 01 Juli 2011

Eling – eling umat…muslimin muslimat

Ayo kita berjamaah…sholat wajib

iku kewajiban , kita urip ning ndonyo…

………………..

Pasti bagi sebagian besar teman-teman yang kemarin ikut aktifitas kemah KOPI akan selalu terkenang dengan nyayian diatas. Atau justru puisi “Baju Baru” yang dibawakan oleh Topa , atau tari yang dibawakan oleh trio sekar, atau malah tari assalamu;alaikum yang dibawakan oleh remaja – remaja ledok Timoho. Aku tahu kawan, satu yang pasti ada dalam benakmu, bahwa sungguh luar biasa, disaat anak seumuran dia malu – malu untuk show up kepada teman-temannya, justru mereka nampak haus akan show up. Di saat anak seumuran minder atau grogi serta berpikir ingin menampilkan apa, mereka bahkan bisa show up secara maksimal dengan inovasi – inovasi penampilan yang menurutku begitu luar biasa. Kawan….itulah mereka, anak – anak luar biasa calon pemimpin bangsa yang sesungguhnya kwajiban kita membimbingnya. Pada saatnya nanti, dikala kita menjadi pemimpin yang sesungguhnya di Negeri ini, maka anak – anak inilah yang akan kita pimpin, dan disaat mereka menjadi pemimpin Negeri ini, maka merekalah yang akan melanjutkan harapan – harapan  yang belum selesai pada era kepemimpinan kita.

Yah…kawan…aku sadar, bahwa saat ini, aku belum seberapa. Aku tuliskan disini untuk menunjukkan kepada semua kawan – kawanku, bahwa keceriaan mereka tak akan lama apabila kita tidak fokus mengajar mereka, maka mari kawan – kawan, lanjutkanlah tugas kita sebagai Pengajar Muda, meskipun tidak sedang berada di Indonesia mengajar. Teringat pula nasehat Mbak Prima Ayu Adityasari bahwa jangan cepat puas dan sombong dengan apa yang kita capai sekarang. Karena yang kita raih ini belum seberapa. Begitulah penjabaran diskripsi dari kecerewetannya, hahaha…peace!!

Sedangkan ingatanku tentang hal ini di dukung oleh ucapan sahabatku Hanif Imsa Alfasandi, bahwa konsistensi bervisi itu harus lah kuat. 

VISI kita harus kuat dan menembus garis batas kematian, karena kita tidak tahu kapan kita akan mati dan kapan VISI yang dicita-citakan itu akan terwujud. Jika VISI kita kuat, setelah kita mati pun pasti akan ada orang yang melanjutkan VISI itu.
(Hanif Imsa Alfasandi (Ketua BEM FA 2008-2009, Motivator & Trainer muda ), 4 April 2011, 07.38 WIB)

Namun setidaknya, aku harus berterima kasih kepada Yonika larasati dan Rina Wahyuningsih, berkat mereka, acara kita mampu terlaksana dengan hebat dan luar biasa. Yang menjadikan ini lebih indah, juga karena Ustad Asep Maulana, yang telah mengajarkan kepadaku  tentang arti indahnya silaturohmi, wujud sebagai kekuatan dukungan warga terhadap acara kemah ini.

“Sungguh kawanku, aku banyak belajar dari dirimu, aku tak akan pernah mengungguli eksalator prestasi yang telah engkau torehkan. Namun aku pun sesungguhnya tak akan mau kalah darimu, karena aku tahu, dirimu butuh kawan dan lawan, mengasah taji dakwah, dan mempertajam belati Jihad. Sungguh kawan…engkaulah yang membuat manisnya kedua kata itu, bagi orang “tak beragama” seperti diriku.

 

adapun aku tak akan pernah tahu, kenapa sahabat – sahabatku begitu rela datang dan semalaman tak tidur untuk acara ini. AKu bertanya kepada Yanse, Muhamad Khoirur Roziqin, dan Singgih Prabowo. Sungguh luar biasa, dan aku pun akan terkagum kepada kalian, tentang sebuah arti visi yang sekitar empat bulan lalu kita bentuk, dan terwadahi dalam satu komunitas, sebut saja KOPI (Komunitas Peduli Indonesia). Aku yakin, wajah lekat adik adik ini, juga akan membuat kerinduan bagi kalian, kalian kawan – kawan dan lawan – lawan dalam segala perjuangan. Dan untuk Naffisa Besar (hehhee, mbak Siti Umaiyah), sungguh aku belajar tentang apa itu arti konsistensi.

 

Satu hal yang kami pelajari kawan dalam pekerjaan ini. Kasih sayang dan kelembutan hati adalah kunci sukses untuk berada ditengah –tengah mereka, mengajari mereka tentang arti sebuah cinta, yang kelak akan digunakannya sebagai kayu bakar pemompa semangat  meraih mimpi – mimpi kehidupan bahkan saat kematian. Lihatlah kawan, betapa cinta menjadikan keindahan ketika kita melihatnya.

Baiklah kawan…kali ini aku akan bercerita dengan visualisasi. Menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi secara nyata dan mengajak kalian untuk ikut bersama kami, mengembangkan senyum nyata, mengajari kepada mereka tentang arti mimpi, dan belajar bersama orang – orang luar biasa, seperti yang aku lakukan saat ini.

 

Engkau pasti tahu kawan, masyarakat arus bawah?Masyarakat marginal? Masyarakat miskin perkotaan? Ya itulah kawan, yang membuat anak – anak kecil di dalamnya menjadi anak – anak  luar biasa, luar biasa etikanya, luar biasa anarkinya, luar biasa ketidak wajarannya, bagi anak-anak seumurannya. Tapi semua itu hanyalah menunjukkan satu hal kawan, mereka sangat haus akan cinta dan kasih sayang. Dan ketika mereka mendapatkannya, mereka akan menjadi anak luar biasa yang diwajahnya penuh dengan cerahnya masadepan. Itulah yang kini kita lihat, anak imut, manis, santun, meskipun terkadang masih sering kumat anarkinya.

 

 

Cerita ini sesungguhnya berawal dari pendirian tenda yang  dengan sangat pasti, tak tahu bagaimana mendirikannya (hehehe). Namun cara pendirian tenda yang semrawut ini tak terdokumentasikan kawan.

IMG_0120 

Cerita ini mulai terdokumentasi menjelang malam, tepat saat acara pentas seni dalam api unggun. Pentas seni yang luar biasa menurutku, meskipun hanya sederhana.

 

Di sanalah aku mengenal dengan luar biasa, betapa bakat anak – anak ini membuat tercengang, mengagumkan. Ketulusannya untuk menampilkan suatu hiburan, unjuk kebolehan, dan semangat tampil beda, nampak dalam acara ini.

 

Tapi bukan berarti mereka anak – anak manis yang selalu tunduk akan aturan. Malam ini, usai pentas seni menjelang waktu tidur, anak – anak itu membuatku emosi setengah mati. Bayangkan saja, ada saja tragedi pada waktu tidur ini. Namun tahukah engkau kawan….aku belajar tentang bagaimana mengajari ilmu fiqih kepada mereka, tentunya Ustad Asep Maulana lah yang mengajarinya, dan aku belajar dari dirinya. Bagaimana jika kita ingin anak – anak melakukan apa yang kita katakan, maka buatlah kondisi yang memotivasi anak – anak untuk melakukan sesuatu itu. Misalnya saja, pada saat tadi malam kita tertidur, maka sesungguhnya tak ada contoh yang lebih baik kecuali kita juga ikut tidur. Sedikit sekali kami mengingatkan mereka, namun tetap saja sesungguhnya gagal, karena mereka tidur jam dua malam dengan penuh kegaduhan sebelumnya. Gaduh pocong lah, hingga tragedi tahu –tahu entah darimana di dekat perapian itu ada jagung siap bakar beserta bumbu, kacaulah acara tidurnya.

 

Tapi aku tertawa bahagia (tertawa devil tepatnya, hehehe), saat mereka di paksa untuk bangun jam setengah empat, waktu belajar sholat tahajud kawan!!Aku tertawa devil karena mereka seakan – akan menanggung siksaan kantuk yang harus di tahannya karena melaksanakan sholat itu. Setiap selesai sholat demi sholat, pasti ada keluhan, “mas…habis ini udah ya!!ngantuk tenan!!”. Tapi tetap saja mereka di paksa berdiri untuk menyelesaikan sholat hajat dan witir.

Di balik itu semua, kekagumanku ada di pihak mereka. Menurut sekali mereka belajar sholat, Mungkin di hati mereka, posisi sholat sangat tinggi, bak ujung eifell di paris. Mereka tempatkan sholat lebih atas daripada kantuk, setidaknya pada waktu itu, jam empat pagi. Siksaan kian berat saat mereka harus menunggu subuh, dan tertawa devilku semakin puas, hehehe…

 

dan kawan…setelah subuh ini, keceriaan kami di mulai. Kebahagian mereka, canda tawa, celoteh, bahkan tangis gembeng karena di nakali ataupun tersingkir tercipta.

 

Di awali dengan membakar jagung sisa – sia dari berpestanya mereka tadi malam.

kami pun ikut menikmati kawan….menikmati manisnya jagung bakar bersama manisnya senyum – senyum mereka. Tapi khusus untuk aku, tidak menikmati, tapi ngrusuhi, ngrusuhi adik adik,  ngincipi jagung bakar buatan mereka.

 

seduhan KOPI kental sangat kami nikmati. Membuat semangat di pagi hari, dan memelekkan mata para kawan-kawan kecil kita. Ternyata kawan, ada beragam cara menikmati seduhan KOPI, seperti kami, para pejuang  KOPI, menikmati KOPI dengan bersama – sama meraih prestasi, senyum – senyum nomer satu. Beginilah nikmatnya KOPI, setiap seruputannya sangat dalam, mengusir segala kantuk, mendatangkan semangat untuk segera beraksi.

 

 

dan setelah kehangatan tercipta dalam diri kami, maka saatnya beraksi, mengeluarkan keceriaan, berlomba – lomba meraih bintang untuk mendapatkan medali. Pengeras suara kami tegakkan, berdiri kami berjajar, dan mulailah segala teriakan –teriakan lantang penuh semangat.

 

memasukkan paku, memecah air, hafalan surat – surat pendek, doa – doa yang belum tentu aku hafal (hehehe), hingga berlomba memakan krupuk. Yang tak kalah menghebohkannya adalah yel yel yang mereka buat, mantap habis kawan!!!

 

 

 

 

dan hingga pada tempatnya,hanya bahagia yang kami rasakan. Namun ternyata lapar membuat kebahagiaan kami belum lengkap. Sie konsumsi pun tahu, hingga pada akhirnya kami pun berujar, “Wuah….makan….!!!Makan!!!”. Saya, sebagai seorang berpedoman hidup sebagai seorang tentara tak kalah ketinggalan, berujar, “Tentara berjalan di atas perut!!!”

 

 

 

dan akhirnya, inilah kami, saat – saat menunjukkan siapa yang berprestasi. Kami, kami semua berprestasi, medali – medali kebanggaan hanyalah simbol bagi kami, namun sesungguhnya, prestasi yang nyata adalah senyum mereka, dan kesuksesan mereka di masa depan.

 

 

dan engkau tahu kawan!!!prestasi membanggakan pun ada di antara mereka, para juara kelas di sekolahan masing – masing.

 

kawan…hari sudah berujung malam, rasanya telah letih aku bercerita, sementara masih banyak sekali cerita yang ingin aku tulis. Begitulah hidup kawan….selalu ada saja cerita yang terlewati untuk kita tulis, bahkan memaknai nya.

Tapi sebelumnya kawan….Lihatlah ini kawan….betapa hebatnya kami semua, menunjuk birunya langit, tanda baih kami telah siap meraih segala prestasi, menaiki satu demi satu tangga eskalator mimpi.

 

________________________________________________________________________

Cerita ini aku buat untuk memberikan semangat adikku, saat kutuliskan cerita ini, dia menambahkan sebuah kata – kata indah, sedih karena sebentar lagi akan pergi meninggalkan KOPI.

 

Inginku menangis sekencang – kencangnya, kakakku…

Inginku menjerit sekuat – kuatnya, kakakku…

Ketika langkah ini sudah begitu ringan….

ketika perjuangan ini sudah tak sendiri lagi…

dengan kekompakkan yang telah ada di KOPI

namun kebersamaan dan kenikmatan itu hanya mampu kurenggup sebentar…

hanya sebentar….

 

maka jawabannya ada disini adikku…dan aku berharap kawan – kawan lainnya menyemangati dia,untuk tetap terus berjuang. Maka jawabanku…

 

Bukankah dirimu yang mengajari kami berjuang dengan sepenuh hati

bukankah dirimu yang memberikan sebuah nama KOPI

engkau tahu artinya adikku??

Komunitas Peduli Indonesia…

Bukankah itu berarti, di manapun engkau berada, kau akan membawa nama KOPI

mencoba mempedulikan Indonesia, dengan hasil  karya – karya baru

Bukankah justru saatnya engkau melebarkan sayap KOPI, mengepakkan sayap – sayapmu….

aku pun begitu!!!Akan melebarkan sayap menggaungkan nama KOPI, membawa VISI KOPI, dan menghidup – hidupkan pergerakkan ini. Akan aku bawa dan kuhidupkan KOPI di tempat dimana aku nanti mengajar, di Indonesia Mengajar. Doakan aku adikku…agar aku mampu lolos seleksi tahap II pada tanggal 5 Juli esok. Meskipun aku sadar, Indonesia Mengajar hanyalah salah satu cara saja untuk mengabdi kepada Negeri.

 

Teruslah melangkah adikku, kepakkan sayap – sayap motivasi, semangat, dan ketulusan hati. Karena aku yakin, kami bangga bisa berjuang bersamamu, mengenal orang hebat seperti dirimu, SILVIA DWI. Perjuangan ini barulah awal, masih banyak mimpi – mimpi KOPI yang belum terwujud.

2 komentar:

prim2.. mengatakan...

sip, sepakat dengan bung Andi saat ini..apa yg bisa kulakukan untuk meyakinkanmu bahwa engkau tetap bagian dari kami..dimanapun engkau berada, kita hanya dipisahkan beberapa puluh kilometer saja, tapi semua itu tdk bisa memutuskan ikatan yg sdh terjalin. Kita bertemu dan berpisah karena Alloh, sungguh itulah sebaik2nya pertemuan dan perpisahan, berharap suatu saat dipertemukan lagi dg kondisi yg lebih baik dan dipisahkan lagi untuk bergerak membuat perbaikan di tempat lain. Semangatlah, saudariku, Silvia Dwi, tetaplah jadi Acha yg sekarang dimanapun engkau berada...di sana..sendiri sudah pasti, tapi jgn mau terus-terusan sendiri, cari kawan-kawanmu di sana, bentuk komunitas itu di sana, karena bangka pun sy yakin ada banyak pemuda yg peduli dg daerahnya, hanya sj mereka masih terpisah-pisah...kumpulkan yg berserak itu supaya menjadi kekuatan yg bersinergis. Oke, semangat Acha..sampai kapanpun..karena kita belum berbuat apa2x.. Bismillah, anti bisa^^

Rinda mengatakan...

.....
Bahkan aku kehabisan kata untuk mengungkapkan warna-warna hatiku ketika membaca tulisan ini. (^_^)

Subhanallah....