Total Pengunjung Blog

Pengikut

Popular Posts

Minggu, 11 Desember 2011

Dear kawan….

kali ini aku ingin bercerita mengenai pemimpin dan yang di pimpin, mumpung dimana – mana lagi sindrom pemira (pemilihan Raya). Kawan….aku punya cerita tersendiri mengenai pemimpin, dan aku punya cerita yang lebih hebat mengenai “di pimpin”. Yah…cerita ini tak jauh jauh tentunya dari KOPI.

Terkadang, kita ini terlalu bermuluk – muluk dalam memilih pemimpin. Terkadang, kita ini terlalu berharap dalam mimilih pemimpin. Dan terkadang pula, kita ini terlalu kecewa setelah memilih pemimpin. Tapi kalian tahu kawan? Kita tidak pernah, bahkan terkadang saja tidak! kita ini berpikir, bagaimana sikap kita terhadap orang yang memimpin kita atau kita anggap sebagai “yang dipimpin”.

Rata – rata dari masyarakat kita di golongkan sebagai tipe “penuntut”.

Rata – rata dari mahasiswa kita di golongkan sebagai tipe “tak Acuh”

well dimana salahnya?

 

kawan….aku ingin bercerita mengenai sisi pribadiku dalam menarik kesimpulan. Bagiku, ternyata setelah terjun langsung dalam dunia kontribusiku; pengabdian, peneliti, dan pendidik, aku berani menyimpulkan bahwa pemimpin itu penting, tapi lebih penting lagi kualitas “yang di pimpin”. Aku begitu terheran – heran dengan para KOPI’ers, betapa kualitas mereka sungguh!! tak mampu aku menggambarkannya jika hanya dengan bersemangat, loyal, dedikasi, tanpa pamrih, pengabdi, dan padamu negeri. Ada satu hal yang mungkin tidak dapat aku ungkapkan, “Hati’ers”. Maksudku bahwa mereka melakukan segalanya dengan hati. Mungkin sedikit sekali dari teman-teman yang paham apa yang dimaksud dengan hati jika teman- teman tidak ikut bergabung langsung di gerakkan ini. Akan aku beri contoh yang lebih nyata, meskipun level kita masih jauh.

saat rosull mengharamkan khomer/arak. Saat itu, para sahabat sedang meminum arak di kebun kurma. saat itu datang rosul, kemudian rosul berkata, “mulai saat ini aku haramkan arak”. Maka para sahabat pun segera membuang arak itu, ara sahabat tidak selesai sampai disitu, dia mendatangi tempat yang masih ada arak, kemudian di buangnya, ditumpahkannya ke jalan sampai jalanan bau arak.

wow…apa yang bisa kita cerna dari sini, bagaimana mungkin mereka bisa langsung melakukan hal tersebut, segera membuangnya padahal enak tenan….Jika tidak ada “sesuatu (ala syahrini)”, maka tidak mungkin mereka mau meninggalkan arak itu, pasti ngeyel, dan bengal, malah bisa saja ngajak berantem rosul. (perlu direnungkan, gimana agar kita bisa membuat orang –orang yang di pimpin bisa merasakan “sesuatu” itu (pernyataan ini ditujukan bagi para pemimpin), dan perlu direnungkan bagaimana agar “sesuatu” itu masuk ke dalam hati kita (pernyataan ini ditujukan bagi yang dipimpin).

Nah….kawan – kawan…aku sungguh beruntung!!!Seandainya aku disebut sebagai pemimpin di KOPI’, maka aku mungkin orang yang paling beruntung, karena setidaknya aku merasakan bahwa para KOPI’ers memiliki “sesuatu itu”. Bahkan, aku merasa, bahwa aku bukanlah pemimpin yang baik. Bayangkan kawan…tidak ada jika tidak di KOPI. Apa?

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” sampai sampai berebutan tugas untuk menjadi PJ nya

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” saling memback up tanpa di minta dan saling membentuk sebuah spesialisasi job.

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” mau menyediakan waktu untuk rapat jam 05.30 , bahkan kediaman mereka ada yang ujung selatan jogja

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” mau mengorbankan waktu rutin setiap minggunya dengan selalu istiqomah tanpa di gaji untuk mengajari anak TPA, mengajari anak belajar, mengajari anak DOKCIL, mengajari anak silat, pengajian ibu – ibu, mengajari a ba ta ibu ibu dan bapak bapak, mengajari sholat mereka, dan sejenisnya

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” berinisiatif membuat program sendiri hingga kini terkumpul berbagai buku yang telah di sebar di penjuru Indonesia, dan siap disebar lagi ke yang membutuhkan, membuat berbagai proposal yang mendadak dan luar biasanya menghasilkan proposal luar biasa yang pernah aku lihat, dan berhasil menelurkan uang berpuluh juta.

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” saling mengisi kekurangannya dan saling memahami kesibukan serta saling bercanda ketika rapat hanya untuk membahas berbagai hal yang menurutku itu tidak penting bagi diri mereka sendiri namun penting bagi orang lain.

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup,  ada “ yang di pimpin” memahami pemimpinnya ketika satu bulan harus menghilang karena pada bulan itu harus mentafakuri hal terpenting sepanjang hidup pemimpinnya.

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” merupakan orang yang sangat berkualitas seperti KOPI’ers, bekerja dengan hati, tidak pernah menganggap suatu kegagalan itu gagal, namun menganggap kegagalan itu suatu proses yang masih perlu di istiqomahi “

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” di belain tidak pulang pada malam ta’biran lebaran hari raya, hanya karena menyiapkan oncor ade – ade untuk ta’biran dan dia pulang setelah sholat ied.

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” memiliki cita – cita yang melebihi pemimpinnya, dan menjadi cita – cita bersama

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” memiliki berbagai pengetahuan, berbagai latar belakang, dan berbagai keahlian yang tanpa pamrih mengamalkannya, berbagi, dan mengembangkannya menjadi sebuah bentuk kekuatan yang mengerikan bila kita dianggap ssebagai tentara perang

Tidak ada jika tidak di KOPI selama aku hidup, ada “yang di pimpin” mau segera di jadikan pemimpin, dan yang pemimpin mau di jadikan “yang dipimpin” , dengan sebenar – sebenarnya pemimpin, dan sebenarn – benarnya yang di pimpin, se iklas – iklasnya pemimpin, dan sei iklas iklasnya yang di pimpin.

Tidak ada jika tidak di KOPi selama aku hidup, dan izinkan aku untuk hidup bersama mereka selalu baik menjadi yang di pimpin ataupun pemimpin.

Tidak ada jika tidak di kOPI selama aku hidup, dan izinkan aku hidup untuk melatih adik adik yang aku kenal untuk menjadi pemimpin ataupun yang di pimpin minimal sekualitas mereka bahkan melebihi kualitas para sahabat rosull.

Karena aku yakin, KOPI’ers yakin, masih banyak para pemimpin dan para “yang dipimpin” yang siap memajukan negeri ini!!!

 

Kalian mungkin akan setuju saja dengan pernyataanku, namun untuk memahaminya, aku rasa kalian harus melakukan sendiri atau masuk ke dalam lingkungan kami, KOPI’ers……

 

 

kata orang – orang, kita semua itu adalah pemimpin. Dan semua pemimpin akan ditanyakan tentang kepemimpinannya. Seorang Pemimpin negeri akan ditanyakan atas kepemimpinannya terhadap rakyatnya. Seorang suami akan ditanya juga atas kepemimpinannya terhadap istri dan keluarganya. Seorang istri pun akan ditanya terhadap kepemimpinannya di rumah suaminya dalam hal pengaturan rumah dan anak – anaknya. Bahkan orang yagn tidak punya keluarga pun, menjadi pemimpin dirinya sendiri bagaimana dia mampu menjauhkan dirinya dari berbagai kejelekan yang mampu menimbulkan kemudoratan bagi dirinya.

lanjut ya…ada suatu hal yang digaris bawahi tentang sebuah kepemimpinan. Bahwa setiap pemimpin tidak diwajibkan untuk bisa berhasil diseluruh aspek yang mereka pimpin/segala sudut yang mereka pimpin.

dalam konten ini memberikan keleluasan bagi seorang pemimpin untuk tidak terbebani ketika beliau menjadi seorang pemimpin. Namun konten ini ada penekanan bahwa setiap pemimpin harus bersungguh – sungguh terhadap kepemimpinannya, totalitas terhadap kepemimpinannya. adapun keberhasilan yang di anggap sebagai parameter,  diserahkan oleh Allah S.w.t

Kemakmuran suatu negeri, kemakmuran suatu keluarga, kemakmuran seorang diri, bukan tergantung kepada pemimpinnya. (Konteks ini untuk memberikan pengertian kepada semua orang yang dipimpin oleh seorang pemimpin). DImana bahwa ternyata kemakmuran itu ternyata tergantung pada pola pikir orang –orang yang dipimpin. Tergantung pada apa???tergantung pada pola pikir etos itikad baik untuk mengikuti visi yang dipimpin(dalam konteks islam iman) dan tetap dalam ranah kemenjalankan yang benar dan menjauhi yang buruk (dalam islam takwa).

dalam konteks kehidupan rumah tangga, maka seorang pemimpin tidak boleh sibuk hanya dalam pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan Rumah tangganya. Justru yang harus di prioritaskan adalah bagaimana menjalankan kepemimpinannya dalam keluarga. Jadi intinya memimpin keluarga adalah prioritas dan mencukupi kebutuhan rumah tangga hanyalah sebagai alat saja dalam memimpin keluarga.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

saya nggak sepakat kalimat terakhir pada petikan terakhir, dua-duanya sebaiknya seimbang...

Wasnaker mengatakan...

Wah, judulnya gawat ini. Kalo pemimpinnya rusak, Anda adalah orang yg paling rusak. Kalo aku tetap lihat2 dulu pemimipinnya. Tidak semua orang bisa jadi pemimpin...

itheng mengatakan...

hahhaa...tulisan ini di tujukan kepada konteks kita, para orang yang di pimpin kawan...agar kita juga sadar diri, bahwa seorang pemimpin pun butuh orang yang berkualitas untuk di pimpin