Total Pengunjung Blog

Pengikut

Popular Posts

Jumat, 11 Agustus 2017
Ini adalah kesalahan yang paling sering dilakukan para apoteker dan jika kesalahan ini tidak di tanggulangi secara cepat, dapat membuat apotek segera tutup. Kesalahan ini sangat fatal akibatnya, karena uang cash bisa habis, tagihan hutang menumpuk, dan persediaan obat diam ditempat bahkan banyak yang hampir ED.
Rekan – rekan apoteker semua, apa rekan rekan semua paham apa yang dinamakan cash gap? Akan saya jawab dengan contoh.
Apoteker Y mengelola Apotek X. Omzet saat ini adalah 50 juta/minggu. Apotek X melakukan pembelian persediaan dengan system pembayaran kridit selama 2 minggu. Apoteker Y melakukan perencanaan pembelian persediaan untuk kebutuhan selama 1 bulan yakni sebesar kurang lebih 40 juta x 4 = 160 juta.
Pada minggu I Apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang.
Pada minggu II, Apotek X memiliki omzet 50 juta  dan melunasi hutang dagang 160 juta. Pada minggu ini lah cash gap terjadi, karena Apotek X yang memiliki uang 100 juta harus melunasi hutang dagangnya 160 juta. Sehingga apotek X harus mengambil uang sebanyak 60 juta dari cash (bisa jadi dari modal) untuk melunasi hutang dagang tersebut, dengan kata lain “tombok dulu”.
Pada minggu III, Apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang
Pada minggu IV, apotek X memiliki omzet 50 juta dan tidak melunasi hutang.
Minggu III dan minggu IV akhirnya apotek X memiliki uang dari hasil penjualan barangnya, meskipun demikian apotek X harus tombok pada minggu II.

Bayangkan apabila kejadian minggu kedua tersebut terjadi berulang kali sementara persediaan uang cash tidak mampu mengcover “tombok” nya, maka yang terjadi adalah uang cash selalu habis padahal omzet selalu naik. Dari sini kita tinggal menunggu bagaimana apotek tersebut kesusahan dalam cash bila tidak segera menyadarinya, dan tentunya kridibilitas nya dimata supplier hancur akibat mengundur – undur pelunasan hutang.

Celakanya, terkadang, Apoteker melakukan pembelian persediaan obat slow moving berlebih, akibatnya banyak persediaan obat yang diam ditempat tanpa menghasilkan penjualan. Persediaan tersebut disebut persediaan berpotensi rugi karena bisa menjadi produk rusak/defect akibat Expired Date.

Rekan – rekan apoteker semua, coba bandingkan dengan kasus dibawah ini :
Apoteker Andy mengelola Apotek Indah Farma. Omzet saat ini adalah 50 juta/minggu. Apoteker Andy melakukan pembelian persediaan dengan system pembayaran kridit selama 2 minggu. Apoteker andy melakukan perencanaan pembeliaan persediaan selama 2 minggu yakni sebesar kurang lebih 40 juta/minggu x 2 = 80 juta.

Pada minggu I, Apotek Indah Farma memperoleh omzet 50 juta dan tidak melakukan pelunasan hutang
Pada minggu II, Apotek Indah Farma memperoleh omzet 50 juta dan melakukan pelunasan hutang sebanyak 80 juta.
Omzet selama dua minggu adalah 100 juta, melunasi hutang sebanyak 80 juta, sehingga sisa 20 juta.

Bagaimana rekan rekan apoteker semua? Paham? Bagaimana pentingnya para apoteker memahami cash gap dan mengaturnya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Bermanfaat.terima kasih