Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Jumat, 03 Desember 2010

kami tak pernah tahu kapan ini akan berakhir!!!

itu yang membuat kami selalu berada di bawah tekanan!

______________**_________________

Lantai yang mulanya kuning marmer, kini  menjadi hitam kotor, Ulah sandal- sandal brutal tak tahu aturan maupun sepatu congkak yang selalu melekat pada kaki pemiliknya. Derasnya hujan serta keset yang telah jenuh oleh kotoran sendal atau sepatu membuat lantai semakin jorok, becek dan hiyek otakku mendifinisikan.

 

Tak ada yang peduli.  Aku ? acuh, namun tak punya kekuatan untuk  menjadikan kuning marmer lagi, fokus kami masih pada nasi bungkus.

 

“Gudaaaanggg………………….!!!!!”, teriak si mandor memanggilku.”Iyaaa…………!”, jawabku lebih keras, sudah mulai terbiasa dengan wataknya. “ada apa mbak?”, tanyaku setelah sampai depan wajahnya. "Keluarkan semua nasi bungkus yang di gudang kecuali empat ratus bungkus yang paling bagus dan bisa bertahan sampai malem, taruh semuanya di pintu sebelah selatan, mau diambil mbak wiwis!”.

Mbak wiwis???

 

Aku mengenal sebuah nama yang nantinya menjadi sosok yang ku kagumi, mbak wiwis! pada saat itu aku belum tahu yang mana orangnya, namun sepertinya dia sangat berpengaruh dan dugaanku, jabatannya diatas si mandor.

“Untuk apa mbak?” balik ku bertanya. “Buat apa kamu perlu tahu???" Bentaknya dan menambahkan cericaunya, “Kamu itu tahunya laksanakan perintahku!!!!Jelas????”. Semua mata tertuju pada kami . Dongkol aku di begitukan, langsung saja nyelonong membelakangi dia, tak kudengarkan cerocosnya lagi.

 

Segera di dalam gudang, aku menginstruksikan kepada team gudang untuk mengeluarkan semua nasbung yang ada kecuali nasi dari Jogja chiken dan ayam goreng bu Warni. Aku menghitung jumlah barang yang keluar dengan sistem nasi bungkus keluar dari pintu aku minuskan. Jadi seperti ini :

Misal Jumlah nasi bungkus 5000

maka NASBUNG yang keluar di sebelah kanannya aku tulis seperti ini

5000   -250  -50 –25 –45  - 45 dst

 

Karena nasbung yang keluar banyak sekali maka minus itu akan memanjang banyak sekali dan perlu aku hitung jumlah yang keluar. Aku memohon bantuan kepada seorang temen untuk mengkalkulatorkan semua.

 

Pada saat kami bekerja, si mandor datang. Sambil menunjuk teman yang menghitung kalkulator,”heh…heh….kamu ngapain?”. “Ngitung jumlah nasi yang keluar mbak?” timpalnya. “NGAPAIN kamu hitung!!!!” sambil menekan kata ngapain dengan bentakan.”Ndak perlu kamu hitung to, kalian menambah pekerjaan aja kan!!,  Langsung dikeluarin aja!! Andy, kerjaanmu itu banyak!!kamu jangan ngeyel dong!!!mikir juga pakai otak!!”. “Oke mbak!!” jawabku. Suasana yang awalnya penuh semangat di gudang kami, gara – gara kejadian ini menjadi tegang dan senyap, suasana tidak kondusif untuk bekerja.

 

kami bekerja dengan diam, tanpa ceracau bercanda lagi. Mungkin perasaan teman – temanku sama denganku, dongkol, jengkel, dan muales tapi rasa ingin menolong tetap membayangi mereka.

 

Yang bisa bertahan di dapur umum hanyalah orang – orang  berkeinginan keras dan punya kesungguhan hati, menurutku!!.

 

Tugas kami selesai!. Nasi bungkus terangkut dalam dua truk berplat nomer AD dan AA. aku tak tahu berapa nasi bungkus yang keluar basi atau belum, dan entah mau diangkut kemana!!

 

Saat itulah muncul pikiranku untuk mencairkan suasana. Tapi dengan apa?

ku beranikan diri menuju tenda, dan bertanya kepada si mandor, “relawan gudang haus mbak, ada teh?”. “jumbo merah itu isinya teh alang – alang ndi, kamu bawa aja sama gelasnya. Kamu juga minum ndi, tenagamu masih dibutuhin lama!”. Kali ini dia baik dan g membentak, dia berbicara halus tanpa ketus sedikit pun, sampai orang yang di dalam tenda termasuk aku juga keheran – heranan.

 

Semangatku terpompa naik berkat pembicaraannya si mandor barusan, aku menuju gudang dengan senyam – senyum sambil menenteng jumbo ditangan kiri dan memegang tumpukan gelas plastik di tangan kanan. Aku melayani teman – temanku, kuambilkan mereka satu persatu sambil berlogat kocak dan menebar senyumku, “ngeteh dulu yuk….baru ngobrol!!!, eh kerja!!”. mereka mayoritas tersenyum.  Ada relawan yang nyeletuk, “mantap jaya, teh cinta bikinan nona!!!Geeerrrrrrrrrrrrr!!!!”.maksud gerrr di belakang adalah menyangkut pautkan G.E.R dan seger mbok ne!!!…Semua tertawa,  Suasana menjadi cair kembali, dan siap bekerja. Memang benar, iklan sariwang* itu, manjur banget, top markotop!!! "

 

Adzan magrib masjid Kampus UGM terdengar sangat indah. Keindahannya membuat hatiku ingin segera tertambat menuju kesana. Namun kondisi tanggap darurat ini sepertinya memberatkan rasa agamisku untuk berjalan ke arah yang lurus. Entah malaikat dari mana yang muncul di otakku, segera aku berinisiatif untuk memperluas area. Ruangan UKM HOKEY dan VOLI magrib itu juga diresmikan menjadi tempat persolatan. Segala hal – hal yang berkaitan dengan prosedur akan di bicarakan setelahnya.

 

Tak ada kekhusukan sholatku, mungkin juga sholat – sholat teman – teman lainnya, sholat kami diganggu oleh langkah – langkah kerja manusia – manusia lain, atau mungkin terbalik, langkah – langkah terburu – buru orang kerja lah yang kami ganggu dengan pelaksanaan sholat ini, sholat berjamaah pertama kali pada saat kondisi tanggap darurat terjadi. Meskipun demikian sholat kami terus berjalan, dan melalui tulisan ini, aku memohon maaf secara resmi ke Allah, “maafkan aku ya Alloh, setiap saat aku sholat tak pernah bisa khusuk, dan aku sangat sangat memohon maaf kepada Mu, karena sholat kali ini, lebih dari tak khusuk, bingung aku mencari kata – kata untuk mengungkapkannya.

 

Di pertengahan sholatku , aku mendengar teriakan mandor memanggilku. “Gudaaaaang………!!!!!”. Tapi teman – teman yang diluar menjawabnya serentak, “lagi sholat!!!”. Diam si mandor. Dalam pikiranku saat sholat itu, saat ada gerakan takbir, aku benar – benar memahami bacaan itu, Allah Maha besar, si mandor pun tak akan berani menyentuhku saat aku menghadap Mu, sepertinya aku menang untuk kedua kalinya, pertama saat jam makan siang (ceritanya di blog G.E.R seri II) dan yang kedua, ya saat ini.

 

Usai sholat, aku memperlama doaku, kali ini niatku tidak khusuk berdoa kepada Allah, namun merayakan kemenanganku. (sekali lagi maafkan aku ya Allah!!). Sudah dua kali aku dipanggil si mandor, tetapi dia tak kuasa mengganggu aku. Di panggilan ketiga, aku menimpalinya, karena menurutku, sudah cukup aku merayakan kemenangan, dan dia memang butuh aku. “Gudang!!!!! sekarang kamu bagikan makanan itu ke semua relawan, pengungsi sudah makan, mereka dapat makan dari Hyatt!!, setelah itu, kamu lapor ke aku berapa sisa nasi bungkus di gudang!!!”.

 

Segera kami mulai membagikannya, namun payahnya, relawan yang siang tadi tahu letak titik – titik tempat membagi, telah pulang. Kami harus mencari lagi!!. Sementara kami tak menguasai medan!!. Akhirnya aku lapor ke Si Mandor, “kami g tau letak – letak relawan berada mbak, takutnya entar g kesebar secara merata, gimana klo mbak hub koornya suruh mengambil kesini aja mbak!!!”. Segera dia mengambil brik. Padahal aku kira dia akan marah, ternyata tidak.

 

Akhirnya tugas kami hanya mengeluarkan nasi bungkus dari gudang, dan diambil oleh para utusan dari masing – masing  relawan. Kami tak tahu di luar sana, bagaimana sistem yang terbentuk, berapa jumlah relawan yang ada, dan di bagian apa saja. Yang kami tahu hanyalah nasi jogja chiken tinggal 50 bungkus, mulanya 450 bungkus. Berarti diluar sana jumlah relawan adalah 400 orang. Jumlah yang benar – benar wow….satu angkatan Farmasi saja enggak sampai segitu. Berarti banyak orang hebat dalam 400 itu.

________**_______________

 

Perut kami terisi kenyang. Malam pertama ini nampaknya akan menjadi malam yang panjang, karena kita harus mempersiapkan makan pagi untuk 1800 pengungsi dan 400 relawan. Jumlah yang sangat banyak bagiku. Jumlah ini mempengaruhi mental dan semangat juang ku. Namun, disini, bukan bagianku. Tugas yang di lakukan hingga saat ini, aku difinisikan hanya sebagai penghitung nasi bungkus. Itu saja, selebihnya, urusan si mandor dan tiga penanggung jawab yang tidak aku ketahui siapa.

 

Aku kosong, kerjaanku free  malam ini. Jenuh tidak ada pekerjaan, justru itu perasaanku setelah seharian bekerja keras dibawah emosi, tekanan, tempramen, dan rasa ingin berbuat sesuatu. Aku mencoba  beristirahat, berbaring, hingga akhirnya tertidur.

 

Jam sebelas malam ku terbangun. Semangatku kembali bergolak. Letihku terobati dengan tidur sejenak. Ku lihat, didalam dapur sibuk semua, semua bekerja keras. Ada yang meracik bumbu, menggoreng, cuci piring, menanak nasi, dan membuat air. Tidak ada yang tidak bekerja. Si mandor pun bekerja. Diam – diam, aku menaruh rasa kagum padanya, mampu membuat suatu sistem pada tanggap darurat berjalan sesuai dengan keinginannya. Kini aku berani menyimpulkan, kerasnya bukanlah marah namun tegas, marahnya bukanlah mengumpat tapi demi kebaikan, dan caciannya bukanlah mencacat  tapi evaluasi. Setelah aku endapkan peristiwa seharian tadi, dia banyak benarnya.  Pertama kejadian saat aku bertanya tentang untuk apa nasi bungkus dikeluarkan?. Pertanyaan itu hanya akan memunculkan perdebatan dan memperlama waktu. Aku menghubungkan dengan tatanegara kita, yang kebanyakan berdebat tetapi no action. Mungkin itulah yang memperlama kemajuan bangsa ini. Negara memang demokrasi, namun ada saat saat dimana semua harus satu instruksi tanpa harus tahu untuk apa, tak perlu terlalu kebebasan untuk mengetahui segalanya. Dan dia, telah melakukan action yang memang benar – benar kami butuhkan saat itu. Kedua, saat aku menghitung menggunakan kalkulator, tak seharusnya ku hitung. kenapa tidak aku kurangkan saja jumlah awal dengan jumlah akhir. Ketiga, dia mampu menempatkan pembicaraan halus ketika aku meminta minum dan menjelaskan akan khasiat alang – alang yang bisa mengobati serak – serak, terselip perhatian darinya untuk anak buahnya, “kamu juga minum tehnya ndi, suaramu sangat dibutuhkan !” sambil tersenyum padaku.

 

Diam – diam, aku kagum padanya.

Kuberanikan menuju tenda dan bertanya kepada si mandor, ”mbak, butuh bantuan?aku udah segar lagi!!”. Jawabannya bernada tinggi, “Kamu!!!!Tugasmu digudang!!! kembali ke gudang!!gunain waktu kosongmu untuk istirahat!!besok kerjaanmu banyak!!!”. Nada tinggi dan emosi keluar dari mulutnya merontokkan semua kekagumanku, heheehee…. 

 

Aku mapan turu meneh!!! Luweh…., sambil dongkol lagi!!!

________________***__________________

Tidurku terganggu oleh berisiknya orang – orang membungkus nasi. Koridor yang mulanya luas, kini dipenuhi orang – orang yang berdiri berjajar rapi membungkus nasi. Rasa cekatannku langsung muncul dan mulai membantu mereka untuk membungkus nasi. aku masuk dalam bagian penge klip nasi. Wajah mereka tertutupi masker. Baru tahu aku klo di luar ternyata hujan abu. Aku menghentikan pekerjaanku sejenak, mencari masker kemudian melanjutkannya. Ku melihat jam dinding yang ada di luar ruangan, tepatnya tertempel di atas pintu Perisai diri, jam menunjukkan pukul dua lebih lima belas menit. Pikiranku ada yang sedikit mengganjal, mempertanyakan darimana datangnya jam dinding itu, perasaan aku tak pernah memasangnya. Namun pikiran itu segera hilang karena nasi bungkus di sebelah kananku meminta untuk segera di klip. Terkadang aku melihat wajah orang – orang yang ada disamping dan depanku, nampaknya orang baru. berarti terjadi pergantian shiff yang ku tak tahu kapan datangnya. Wajahnya tidak ada tanda letih tapi shock! mungkin sudah masuk dalam permainan si mandor, tekanan dari si mandor. Nampak jelas, mereka bekerja sangat kecewa, mungkin dalam pikirannya, mereka menggerutu bahwa salah masuk kandang, ya…kandang macan!! Mau tidak mau mereka harus bekerja, karena malu, malu telah menggatas namakan relawan untuk masuk ke dalam kandang ini, dan kecewa menghadapi kenyataan bahwa kandang ini tak seindah kamar masing – masing.

 

Si mandor menuju tempat kami, tepatnya menuju tempat pembungkusan. Bertanya kepada kami, entah pertanyaan itu ditujukkan kepada siapa!” Berapa  nasi bungkus yang sudah ada?”. Semuanya diam dan terus bekerja karena merasa tidak bertanggung jawab akan jumlah nasi yang telah terkumpul. “Gudaaang………….!!!!!” Bentaknya kesal setelah sekian lama menunggu jawaban namun tak mendapatkannya.” iya!!” sambil terus bekerja mengklipin nasi bungkus yang semakin banyak mengantri untuk aku klipin. “Ini juga tanggung jawabmu!!!gimana sih, kerja dari kemarin G bener!!banyak banget lho kesalahanmu!!!, kamu yang salah!!klo G niat kerja G usah kesini!!”. Belum sampai aku melontarkan maaf, dia sudah mencerocos lagi, “Kamu itu G usah kerja, tugasmu mencatat nasi yang keluar masuk!!!. Sekarang cepet, minta bantuan orang yang disini untuk mencatat nasi yang udah jadi!!!”.

 

Anjriiiiit…..lagi – lagi aku yang kena. Baru aja bangun tidur, udah kena penyemangat lagi, hehehe…..cerocosan dari si mandor.

 

Aku tinggalkan antrian nasi bungkus yang ingin sekali aku klip in, melihat sekeliling yang kira – kira kerjanya G efektif untuk membantuku. “kamu!! maaf sekali mengganggu kerja, sekarang tinggalin kerjaanmu, aku minta tolong buat kamu ngitung nasi bungkus yang ada digudang!!”. “Gimana cara ngitungnya?” timpalnya. Aku menjelaskan dan terjadilah tanya jawab yang berbelit – belit dan tidak bermanfaat. Akhirnya aku putuskan untuk tegas. “Oke…sekarang satu instruksi dulu ya, searah…kamu ikutin perintahku saja. Ini bukan nyuruh ya, tapi minta tolong!” aku akhiri instruksiku dengan senyuman agar tak salah sangka. Dia membalas senyumku, manis!!!. Senyuman terindah selama aku ada di ruangan ini memberi semangat padaku.

 

Kami mulai menghitung nasi bungkus yang sudah terbungkus.  Tak ada label dalam tiap kardus, jadi susah dan agak lama. Inisiatifku menginstruksikan kepada relawan yang membungkus nasi. “Oke, teman – teman ….mohon perhatiannya, dimohon nanti setelah penuh dan siap dimasukin gudang, harap di kasih penanda, berapa jumlahnya!”. Muncul pertanyaan dari seseorang yang memicu tanya jawab berkepanjangan dari orang – orang lainnya. kerja membungkus sedikit terganggu. Inisiatifku, “Oke..sekarang..kamu!” menunjuk orang yang disampingku yang sedang memasukin nasi kedalam kardus, kamu tugasnya melabelkan jumlah nasi bungkus tiap kardus. Oke?”. “bertanya lagi,”pake apa?Alat tulisnya?”. “ aku carikan!!!” jawabku.

Setelah itu, pendataan semakin enak, meskipun kami berdua masih dipusingkan dengan jumlah nasi bungkus yang tadi belum berlabel.

Akhirnya selesai juga penghitungan jumlah nasi dalam gudang dan semuanya terlabelkan. Wanita yang membantuku itu juga  tersenyum, lebih manis dari yang tadi.

Segera aku laporkan ke si mandor. Setelah tahu jumlahnya, ia melihat jam, lalu menuju tempat pembungkusan dengan terburu – buru. Saat itu pukul setengah empat , sementara nasi yang terkumpul baru 500 bungkus. Kurang  1700 bungkus. Aku baru sadar akan kondisi ini,  semakin panik dibuatnya karena selama dua jam kami hanya menghasilkan 500 bungkus. Bebanku lebih berat lagi dengan perkataan si mandor di depan semua relawan pembungkus. Masih dengan nada tempramen dan keras seperti memarahi dia berbicara didepan semua relawan,”kerja kalian lambat, kalian percepat!!sekarang kamu!!”sambil menunjukku. “kamu berhak untuk mengatur mereka, gimana caranya , aku g mau tahu jam enam, nasi 2100 bungkus harus sudah selesai!!!”. sambil berbalik menuju tenda.

Anjrit……njan coek.!!! umpatku…

tapi setelah umpatku itu, aku segera bekerja. “Temen – temen, sekarang satu instruksi dulu…searah..kalian bekerja aku yang mengatur.Sekali lagi ini bukan menyuruh, tapi kerja sama ya teman – teman!!”.

Aku biarkan mereka bekerja dulu, aku menuju inkai untuk mencari plastik satu kilograman. setelah aku dapat, aku menuju tempat pembungkusan lagi.

“Kamu, kamu ambil plastik ini, bungkus tanganmu dengan plastik ini untuk mengambil sayur!! jangan pakai sendok!cepet!!” kamu , kamu, juga!ambil plastik untuk mengambil lauk, jangan pakai sendok!!”. “Perhatikan, bungkus setelah di taruh nasi jangan diangkat, tapi langsung diseret!!!sambil mendemonstrasikan menyeretnya!!”. Entah malaikat dari mana yang datang memberiku ide tentang efektifitas kerja ini, semuanya datang tiba – tiba dan tak tahu kapan berhentinya.

“kamu kamu, G usah pakai klip, caranya seperti ini, dilipat kecil kecil, ditekan, langsung jadi.Ada yang protes,“tapi nanti klo terbuka!!”. “udah..itu tanggung jawabku, satu arah aja dulu ya komunikasi!!” . dia diam dan langsung bekerja. Aku mencatat nasi bungkus yang masuk gudang. terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Tapi aku melihat nasi bungkus antri di bagian pelipatan yang tadi mengeklip. Kurang relawan!!!aku segera lari ke dapur, mencari si mandor..Aku butuh dua relawan lagi! Si mandor menginstruksikan orang yang didapur untuk mengikuti aku. Nampaknya dengan bantuan kedua relawan ini, antrian nasi bungkus bisa teratasi.

Namun masalah muncul lagi, si pemberi nasi lebih lama menuangkan nasi ke pembungkus. Ternyata biang keladinya kertas minyak yang posisinya dibawah dan nasi yang diatas meja. “langsung saja aku mengambil kursi untuk meletakkan bakul nasi dan  kertas minyak yang mulanya di tangga ke meja. lalu mengubah posisi si penakar nasi tidak menghadap bakul nasi, tapi menghadap meja.

Masalah satu ini juga teratasi.

Kumandang shubuh terlantun. rasanya bait adzan yang terakhir Asholat tukhoirum minannau yang berarti lebih baik sholat daripada tidur tak cocok dengan kondisi kami, yang lebih cocok adalah lebih baik sholat daripada membungkus nasi. Bahasakan arap sendiri!!. Jumlah nasi bungkus saat ini adalah 1700 bungkus. Wow!!!jumlah yang sangat dramatis jika melihat jumlah nasi bungkus yang ada  saat jam setengah empat tadi.

Kini setan yang merasuk dalam pikir kami. Ketakutan tidak bisa selesai membungkus serta semprotan si mandor membuat kami terus bekerja. Harapannya selesai sebelum jam lima, sehingga bisa sholat subuh. Namun harapan itu gagal. aku memutuskan untuk menghentikan satu rute dan menyuruh mereka untuk sholat terlebih dahulu. Aku memohon kepada mereka agar sholat berjamaah dan cepat.

Sholat kami pun kali ini tak khusuk. Maaf, bukan kami, tapi aku!!!. Dalam sholatku hanya ada berapa jumlah nasi bungkus yang dibuat!.

__________________***_____________________

Pukul enam lebih,  si mandor mendatangi kami. Menanyakan dengan nada kaya’ ngajak berantem, “berapa? kurang berapa nasi bungkusnya?”.Dengan tetap melihat catetanku dan sedikit ketus aku menjawab, “kurang seratus!!”. Dia langsung balik kanan kembali menuju tenda tanpa ceriwisnya.

Setengah tujuh, kami telah menyelesaikannya. kami berhasil membungkus dua ribu seratus nasi bungkus selama empat setengah jam.  Wow…!!sedikit bangga!!! dan team pun santai sejenak. Saatnya kami mengeteh dan berkenalan, karena kami memang belum saling kenal. Ku teringat gadis yang membantuku menghitung nasi tadi, aku mencarinya diantara para relawan, namun tak kutemukan. Ku mencoba menerawang di dalam tenda dapur, tak pula kutemukan. Entah, siapa namanya.

________________***______________________

Pukul tujuh kurang sepuluh, ada orang yang meminta nasi bungkus sejumlah 1800. Aku tak mengenalnya, katanya untuk pengungsi. Aku langsung menyuruhnya untuk bilang dulu ke si mandor. Dia mencari si mandor, tetapi tidak menemukannya. Aku pun tak berani mengeluarkannya. Aku mempertahankan pendapatku agar dia mencari si mandor terlebih dahulu.
Si mandor datang. Dia memang mandor sejati, dari tempatku melihatnya, dia berjalan tegas, seakan menjaga kewibawaannya meskipun dia wanita. Dia hanya melewati tenda dapur, berarti menuju tempatku. Benar saja, “gudang……….!!!!kenapa pengungsi belum dapat makan???”

 

Selebihnya pasti tahu apa yang dicericaukan oleh si mandor!!!….Aku salah lagi…..

________________****_____________________

Prediksi Situasi hari ini akan seruwet kemaren. Karenanya aku mempersiapkan segala upaya agar kericuhan seperti kemarin tak terjadi. Satu hingga dua jam aku menunggu kericuhan itu,  namun tak datang juga. Tanda tanya besar bagiku. Namun ku tak berani bertanya kepada si mandor, hanya akan menambah deret angka salah saja.

 

Rasa penasaranku tak hilang.

______________***________________

Aku menganggur. Sampai sekitar jam sepuluh tak ada pekerjaan. Mulai aku merindukan teriakan dari si mandor.

Eh…lha dhala, mak bedundut!!!, teriakan dari si mandor yang aku rindukan kembali terdengar (panjang umur rupanya), “Gudang……….gudaaang…….!!!”, bergegas aku menuju tenda dapur dengan semangat. “Aku minta kamu perkirakan bahan sembako dan bumbu – bumbu yang digunakan sehari kemaren berapa habisnya! ini untuk memperkirakan kebutuhan kita perhari“.  “Gimana caranya mbak?”. “Kurangkan saja jumlah barang kemarin dengan jumlah yang ada sekarang!”. “Oke!!”.

 

Di dalam pikirku mencoba untuk menolak perintahnya karena ada hal yang tak  masuk akal, namun aku tak merasakan apa yang tak masuk akal itu. Ku lakukan perintahnya.

 

Susah payah aku mencari catatan barang kemarin pada lembar – lembar kertas coret - coretan. Kacau! Yang membuat lebih lama adalah ketakutan akan dimarahi si mandor, karena sudah banyak kesalahan yang aku lakukan. Berpayah – payah membuatnya, sambil menyangkal tentang adanya kesalahan pada hal yang ku kerjakan sekarang, tapi sangkalanku sia-sia, karena aku juga tak tahu dimana letak kesalahannya.

 

Mungkin karena sudah tidak bisa berpikir jernih.

 

Saat itu, rupanya si Mandor sudah memiliki asisten. Aku tak tahu namanya. Yang jelas, si mandor beranjak pergi untuk tidur sambil berkoar – koar bahwa untuk sementara yang mengurusi dapur ada di asistennya.

 

Setelah selesai aku menyerahkan daftar itu kepada asistennya. Selesai urusan!batinku.

 

Aku mulai bekerja lagi, kali ini mencatat bahan keluar masuk yang digunakan untuk memasak makan siang.

 

Siang ini nampak tenang, tak ada bising cericau si mandor. Ya iyalah, si mandor tidur!!

Suasana berjalan tenang dan damai, aman serta tentram.

kami semua menjalankan kerjaan masing – masing, namun di diriku, nampak seperti ada yang kurang beres, masih mengganjal terhadap perintah mandor tadi.

“ah..sudahlah!”batinku tak acuh.

_______________________***___________________________

Mandor terbangun. Sepertinya gemuruh merapi akan terdengar kembali, hehehe

 

Aku bersikap biasa, malah berusaha untuk tidak menghiraukan dia. Namun pandanganku tak bisa beralih dari gerak – geriknya. Aneh dan lucunya, diriku seperti menanti kemarahan dari dirinya, bertanya – tanya pada diri sendiri, kemarahan apa lagi yang akan dia berikan kepadaku, dan kesalahan apa lagi yang kuperbuat??.

 

Dia bergerak dari pembaringan di UKM Voli/Hockey menuju tenda. Asistennya memberikan setumpuk kertas. Pada setumpuk kertas itu jelas terdapat selembar catatan laporan yang aku tulis tadi.

Aku deg-deg an, seperti menunggu vonis dari pengadilan. Aku mengamati, menunggu dari mulut si mandor untuk memanggilku. Semakin lama aku amati, ketegangan dan telingaku bersiap – siap untuk mendengar teriakan gudaaaang…..tanda aku dipanggil dan bakal kena marah. Sudah lima menit aku mengamati gerak-geriknya, tak kunjung ia memanggilku. Ketegangan mulai menurun namun status awas merapi dapur umum sepertinya belum boleh diturunkan karena lava penyumbat belum terbentuk. Aku mulai pura – pura bekerja dan mencoba tak menghiraukan gerak geriknya lagi. Ku coba untuk merapikan bahan -bahan yang ada di gudang INKAI, setelah selesai,  bermaksud  memasukkan bahan baku yang masih ada di koridor.

Belum selesai aku merapikan bahan baku di gudang INKAI, letusan cericau si mandor memanggilku. Kali ini panggilannya sangat keras, panggilannya menahan amarah, panggilannya menyatakan kemarahan yang besar.

 

Aku berlari menuju tenda dapur. Dia sudah membawa lembar laporan bahan bahanku. Matanya merah menatapku tajam, kemarahan sepertinya akan ditumpahkan ke aku. “Ini laporanmu?”. “Iya mbak!”.”Pantes saja orang diatas masih ngebel hadponeku!laporanmu G masuk akal! Masak beras satu hari cuma habis 35 kg?, ini makan untuk dua ribu pengungsi!. Kamu klo boong jangan kaya gini!semua bisa susah!!!”.

Jedeng, Akhirnya sadar akan keganjilan yang sejak tadi aku rasakan, klo kita memperkirakan bahan baku sembako atau bumbu – bumbu hanya dengan mengurangi barang ter-stok kemarin dengan barang terstok sekarang pastilah salah, karena pada barang ter-stok kemarin tidak hanya diambil, tapi juga tersuplai, dengan penambahan itu, kita tidak bisa memperkirakan kebutuhan sehari hanya dengan cara mengurangi stok kemarin dengan stok sekarang. AKu sadar akan kesalahanku, fatal sekali, aku hanya diam.  “Kerjaanmu kacau terus dari kemarin!. Sekarang klo gini gimana?mau apa lagi kamu!!tadi malem siapa yang minta pekerjaan??pekerjaan gini aja kacau!!Aku juga ditekan ya, g cuma kamu!. Sekarang mana daftar stock gudangmu?”.”G ada mbak, di kertas – kertas ini, tapi masih kacau!”. Kemarahannya melonjak, kali ini seluruh mata di dalam tenda tertuju padaku.”Kacau!!kacau!!kacau!!!Kerjaanmu G pernah benar! Barang – barang disini ini tanggung jawabmu !aku juga melaporkan ke atas ya!!”.aku diam saja.”klo kamu g sanggup nerima kerjaan ini bilang, aku sudah dari awal kan bilang klo kerjaanmu berat!. “.”Iya mbak!”. “Atau kamu bosan dengan kerjaanmu!, bilang, aku bisa kok cari penggantimu!!”enggak mbak!!”.Dia mulai mempermasalahkan tempe, “ini mana tempe?kok g ada, padahal kita kemarin masak tempe banyak sekali!!”. “lho mbak, itu kan g masuk gudang, itu di tenda sini?”. “GUdang!!!!!!apa aja yang kamu kerjaakan??di dalam sini juga harus kamu hitung!!”."aku agak kurang terima klo disalahkan dalam hal ini, aku pun membela diri, “lho mbak, yo g bisa, klo aku hitung, orang dapur ngambil tidak terprediksi piye no!”.”kamu jangan ngeyel!pokoknya kamu hitung semua!!Sekarang!!”. Aku masih pengen membela diri tapi sudah di tutup dengan bentakan, “sekarang kerjakan!!Cepet!!!”. Aku balik arah, mataku berkaca – kaca, aku down. bukan karena bentakan – bentakan dari dia, tapi karena kesalahanku yang saat ini fatal. Kerjaanku G bener. Mentalku down, dan bingung. Linglung. perintah si mandor menyuruhku untuk mencari asisten klo terlalu berat g aku hiraukan. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. secara spontan aku ingin di tempat dimana orang tidak melihatku, setelah aku dipermalukan oleh si mandor didepan publik. Aku malu, rasanya ingin nangis.

aku mengambil handuk lalu menyelamatkan harga diriku menuju kamar mandi. Tak ku gubris teriakan si mandor, aku menuju kamar mandi. persetan.

 

Di dalam kamar mandi, aku siram kepala dan seluruh tubuhku. Air mataku ikut mengalir lepas. Hari ini aku menangis.

_______________________***______________________

Aku terbangun dari tidur dan beberapa saat kemudian asisten si mandor menuju tempat pembaringanku. Dia berujar padaku, “sekarang aku yang menjadi Penanggung Jawab Dapur Umum, mohon bantuannya ya mas!!”

 

ku tanyakan di mana si mandor, dia tak  menjawab.

0 komentar: