Total Pengunjung Blog

Pengikut

Popular Posts

Rabu, 30 Maret 2011

Setelah obat masuk ke dalam tubuh melalui oral, maka obat tersebut mengalami fase adsorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi (farmakokinetika step). Pada fase ini kemungkinan terjadi interaksi obat satu dengan obat lainnya, maupun obat dengan makanan, maupun zat yang ada dalam tubuh bisa mempengaruhi efek obat. Obat bisa menjadi tidak berefek atau malah menimbulkan efek toksik.

Interaksi pada Fase Adsorbsi

interaksi pada fase ini bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain perubahan pH saluran pencernaan, pembentukan kompleks dan khelat, pengaruh waktu pengosongan lambung, pengaruh kecepatan darah di usus, dan penghambatan transport aktif.

image dari ke lima hal yang bisa terjadi, tiga hal paling sering adalah tiga hal teratas.

1. perubahan pH saluran pencernaan.

sebelum dijelaskan lebih lanjut, kita asumsikan bahwa obat yang akan dibahas di sini adalah obat yang absorbsinya cenderung diabsorbsi di usus, bukan dilambung.

adapun efek perubahan pH saluran pencernaan pada obat yakni :

Jika ada zat yang bersifat basa (garam bikarbonat) yang masuk bersamaan dengan obat yang bersifat asam (pKa 2,5-7,5, misalnya NSAID dan gol penisilin), maka zat yang bersifat basa ini akan menurunkan absorbsi obat karena obat yang bersifat asam ini akan berinteraksi dengan zat yang bersifat basa sehingga obat akan lebih cenderung dalam bentuk ion bukan molekulnya. sementara kita tahu, obat dalam bentuk ion tidak diabsorbsi oleh usus.

sebaliknya,

jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan asam tartart) dimana masuk bersamaan dengan obat yang bersifat basa lemah (pKa 5 – 11, misalnya reserpin &propoksifen), maka absorbsi obat akan turun.

sementara,

obat yang bersifat basa sangat lemah dengan pKa < 5 (kofein pKa =0, 8), absorbsinya tidak tergantung pada pH lambung. Hal ini bisa dijelaskan karena interaksi dengan zatnya tidak menyebabkan ia menjadi bentuk ion.

contoh interaksi interaksi unik yang ada dalam dunia kefarmasian antara lain :

interaksi antara tetrasiklin dengan simitidin.

simitidin adalah obat H2 blocker dimana dia akan mengikat reseptor H2 didalam lambung sehingga produksi asam dalam lambung berkurang. Akibatnya, pH lambung menjadi lebih basa/pH tinggi (tidak asam) daripada normalnya. pH yang tinggi ini menyebabkan  tetrasiklin yang bersifat asam menjadi bentuk terionnya yang lebih banyak daripada molekulnya. Akibatnya obat yang terabsorbsi lebih sedikit.

Dampak dari absorbsi yang sedikit tersebut, kadar obat dalam darah menjadi sedikit dan efeknya tidak mampu membunuh bakteri (karena tetarasiklin merupakan antibiotik). Kegagalan yang lebih berbahanya adalah terjadinya efek resistensi dari bakteri. Pengatasannya tetrasiklinnya diganti dengan antibiotik lain yang nerrow spectrum.

 

2. Pembentukkan kompleks dan chelat

Suatu obat apabila membentuk kompleks dengan senyawa pembentuk kompleks, maka struktur molekulnya akan menjadi besar. Akibatnya tidak bisa di absorbsi oleh usus.

misalnya kolesteramin dapat membentuk kompleks dengan obat – obat yang memiliki gugus karboksilat (NSAID) atau hidroksil (sulfonamid). Akibatnya struktur molekul oabt –obat membersar dan tidak bisa terabsorbsi.

 

contoh interaksi lainnya adalah kolesteramin dengan warfarin (antikoagulan) yang menyebabkan aktifitas koagulan lebih rendah (penurunan efek antikoagulan dari warfarin). Selain itu , diliterature disebutkan pula bahwa terjadi peningkatan faktor eliminasi dari warfarin.

pengatasannya yakni dengan pemberian selang waktu selama 3 jam, sedangkan untuk mengatasi apakah eliminasi berpengaruh signifikan atau tidak yakni dengan memonitoring aktivitas warfarin. Jika diperlukan, dosis dari warfarin dinaikkan sedikit demi sedikit.

 

contoh lainnya adalah tetrasiklin dapat membentuk kompleks dengan ion calsium, magnesium, besi , dan alumunium yang sering terdapat di obat-obat maag. akibatnya absorbsi tetrasiklin menjadi menurun. Hal ini dapat menyebabkan resistensi antibiotik juga. Pengatasannya adalah dengan pemberian selang waktu 3 – 4 jam. Jika ada obat antasida dan tetarasiklin, maka tetrasiklin dulu dengan selang waktu 6 jam, baru antasida. jangan dibalik, soalnya klo dibalik, antasida itu tidak diabsorbsi, namun tetap di lambung. sehingga apabila dengan selang waktu, maka tetrasiklin tetap tidak diabsorbsi.

 

bersambung……….

disini sambungan bagian ke dua

0 komentar: