Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Sabtu, 02 April 2011

 

ku tulis ini, saat  melihat secerca sinar ketika gelap dan kelam berada di kelilingku.

Curcumin reseach center adalah bibit yang telah aku buat saat ini dalam tingkat universitas. Sedangkan produk kebutuhan rumah tangga seperti sabun, detejren, dan sabun cuci piring adalah modal awal produk untuk membuat sebuah kemajuan.

Sedangkan lainnya???

doakan ya kawan….semoga mampu segera terwujud seiring berjalannya masa depanku.

Ketika aku lulus nanti, aku akan menjadi orang yang bermanfaat bagi Bangsa Indonesia. Dua kata yang perlu ditelaah, yakni bermanfaat dan bangsa. Kata "bermanfaat" perlu di kembangkan menjadi sebuah pertanyaan 5W+H, bermanfaat seperti apa?, Kapan bisa bermanfaat?, Dimana manfaat itu akan sangat bermanfaat?, Bagaimana cara agar bisa bermanfaat?, untuk siapa manfaat itu?, dan seberapa besar dampak dari 'bermanfaat' itu?. Kata bangsa sepertinya terlalu muluk jika melihat kapasitas diriku. anggapan itu menjadi berbeda setelah membaca sepenggal kalimat yang tertulis pada salah satu artikel di website www.rumah dunia.net," Jika hanya Jakarta yang jungkir balik bermimpi mengubah Indonesia menuju ke arah yang lebih baik sedangkan darah atau kampong dimana kita tinggal hanya ongkang-ongkang, jangan bermimpi harapan itu terwujud". Atas dasar inilah kata bangsa disesuaikan dengan latar belakang dimana aku tinggal saat ini.

Aku putra asli Kabupaten Kulon Progo, mahasiswa semester akhir Fakultas Farmasi UGM. Secara bersamaan juga telah menjabat sebagai Kepala Laboratorium dan Gudang sebuah pabrik detergen. Aku sempat menjadi mahasiwa berprestasi di fakultas tersebut. Karya tulis dan penelitian produk inovatif pernah aku buat. Prestasi kejuaraan olahraga pun menambah jumlah medali di komunitas Gelanggang Mahasiswa. Namun, kehidupanku tak se-ideal prestasi diatas. Tahun 2009 aku terancam D.O. Dua puluh hari dalam penjara mengubah statusku, bukan lagi menjadi mahasiswa ideal. Meskipun demikian, dari ke-tidak ideal-an ini muncul sebuah gagasan besar agar aku bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Mimpi, cita - cita, dan keinginanku menjadi seorang dosen. Apakah itu masih mungkin?. Aku yakin diriku dapat jauh lebih bermanfaat daripada menjadi seorang dosen.

Di lingkungan desa, aku menemukan penyakit yang diderita oleh "orang - orang sejenis". Berapa jumlah "orang - orang sejenis" ini?. Jangan tanyakan!. Kebanyakan dari mereka, awalnya merupakan seseorang yang "enggan mencari" pekerjaan, sebuah konotasi dari keterbatasan pola pikir. Pernah ada anak kecil bertanya kepada salah satu dari mereka, "mas - mas, kok ola keja nganggo daci koyo nang tipi- tipi kae to?". Bodhes, teman baruku dalam penjara punya jawabannya. Aku lontarkan tanya,"klo keluar dari sini, ingin hidup seperti apa kak?". Jawaban konyol diluar dugaan,"Yaaaa...mencuri lagi, lalu masuk lagi, makan terjamin, malam bisa nyanyi, tempat tinggal gratis!". Sungguh ironis kehidupan "orang - orang sejenis" ini. Lebih ironis lagi, mereka di hadapkan miras dan perjudian yang bisa “berkeliaran” di malam hari.Dampaknya, siang hari menjadi waktu paling nyaman untuk terlelap, tidak produktif!. Sama halnya dengan dunia Kampus, "orang - orang sejenis" ini tetap ada. Awalnya mereka adalah anak – anak cerdas minim biaya kuliah. Kemudian mereka menemukan jalan pintas. Lebih disayangkan lagi, mereka justru lalai akan tujuan utamanya, dihadapkan oleh hal yang sama, miras dan perjudian “berbaju” elegan, diskotik dan perjudian dunia maya. Berapa jumlah mereka? .

Di desa, aku ingin mendirikan sekolah berkurikulum wirausaha sedangkan di Universitas, ingin kubentuk sebuah kelompok studi penelitian berbasis produk wirausaha. Untuk sekolah, peserta terdiri dari anak - anak putus sekolah maupun pengangguran ( tidak harus “orang-orang sejenis” ). Selain itu kelas lainnya untuk anak – anak usia praproduktif dengan harapan ketika mereka dewasa tidak akan masuk ke jalur “orang – orang sejenis”. Sebagai orang desa nampaknya arah untuk mendirikan sekolah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kelompok kegiatan desa terlebih dahulu. Peserta akan dibekali life skill, ketrampilan memproduksi, mengemas, mempromosikan, dan menjual suatu produk sampai pengelolaan finansial. Dari sini mereka mampu "produktif" dengan outcome "penghasilan". Lantas seperti apa produk yang diproduksi?

Pembentukan kelompok studi penelitian berbasis produk wirausaha di universitas bertujuan untuk menjaring “orang- orang sejenis”. Hasilnya mereka memperoleh outcome berupa royalti dari produk yang diciptakan. Dengan demikian mampu mengarahkan mereka agar tidak mengambil jalan yang salah. Keuntungan lainnya, mereka bisa berprestasi melalui perlombaan karya ilmiah dan hasil produknya tidak terhenti seperti produk – produk inovatif karya mahasiswa yang sudah ada saat ini. Produk - produk inilah yang menjadi materi pembelajaran di sekolah desaku. Baik sekolah wirausaha maupun kelompok studi akan di beri bekal kemampuan cara menjual dan dicarikan jalur penjualan skala dusun, daerah, desa, kota, nasional sampai internasional. Dengan demikian akan terjadi kesinambungan antara kelompok studi di universitas dan sekolah wirausaha, dimana produk inovatif berasal dari universitas sehingga karya mahasiswa memiliki keberlanjutan. Produksi focus di sekolah wirausaha, kemudian di pasarkan oleh keduanya.

Permasalahan yang muncul adalah darimana materi dan dana didapatkan? bagaimana mendirikannya?. Aku membutuhkan sahabat yang mempunyai pemikiran sama. Aku menemukan mereka di Komunitas Gelanggang Mahasiswa UGM & Tempat Kerjaku saat ini. Disana, sahabat bukan berarti mahasiswa, alumni dari berbagai bidang keahlian pun menjadi sahabat. Aku yakin, "sahabat – sahabatku” memiliki kapabilitas baik dari segi material maupun pemikiran untuk mewujudkan semua ini.

“Saat ini, aku bukanlah mahasiswa ideal kaya prestasi, namun dengan mimpi, diriku akan kembali "berprestasi" menjadi orang yang bermanfaat bagi Bangsa Indonesia”

kini, aku sedang berusaha untuk memetakan dan menyambung relasi kekuatan agar segera terimplementasi setelah aku bebas dari rutinitas dunia perkuliahan (tak lama lagi usai). Doakan aku kawan…agar ku mampu segera menyelamatkan diri ini untuk mentas dari orang tua. LALU???action…….

 

“terkadang aku berpikir bahwa aku tak akan mampu melakukannya.

terkadang pula…hal ini benar-benar membebani diriku…hingga terkadang aku pun merasa jengkel, kenapa pikiran – pikiran ideal itu mampir di otakku. Kenapa aku tak mampu menjadi orang yang hanya memikirkan diriku sendiri saja.

2 komentar:

Wasnaker mengatakan...

Semangat, Ndi. Engko nek awakmu wis sukses ojo lali aku yo.. Wkakaka.

itheng mengatakan...

nuwun lik...doakan aku lik..suatu saat kita akan jadi partner dalam merajud negeri ini penuh dengan kebaikan..kamu dan rekan-rekan sekontrakanmu, insyaallah akan menjadi orang yang lebih berharga daripada aku...salam buat mereka..