Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Selasa, 04 Oktober 2011

Jika dia jodohku, ya Allah...maka tunjukkanlah isyarat, seperti apa aku harus meminangnya

Jika dia igaku, ya Allah...maka berikanlah waktu yang tepat dengan cara yang tepat, aku harus mengatakannya…

Dan jangan jadikan alasan untuk menghindar dari jihad menuntut ilmu dan ibadah, apabila ia memang bukan rusukku...

ku perbaiki ilmu dengan peningkatan kualitas diri, karena ku yakin….Engkau tidak pernah tidak mengabulkan doaku….

Buku itu ku berikan kepadamu, bukan sebagaimana maksudku untuk mengganggu pikir dan dzikir khofimu. Namun, ku tak tahu lagi bagaimana sebuah adab yang harus dilakukan seorang pria yang jatuh hati kepada seorang akhwat, sebutan untuk wanita muslim dimana akhir – akhir ini menyempit menjadi wanita berjilbab besar. Aku mencoba keras untuk menyembunyikan perasaanku, semakin kuat aku mencoba, semakin hati terpingkal – pingkal mengelak. Namun, sungguh aneh perasaan ini….perasaan yang mampu membuat kehidupan ini lebih baik, penuh motivasi, penuh spirit, penuh spritual, dan penuh pengabdian. Bahkan, ku tak mau tahu, apa yang ia lakukan, yang ingin ku tahu, baru sampai mana jarakku untuk mengejar kualitas dirinya? Sampai mana kualitas diriku, untuk mampu menyejajarkan dengan kualitasnya? Aku memang egois, mengharap yang terbaik untuk diriku, termasuk kriteria istriku, namun ku sebut egois bertanggung jawab, karena aku pun terus dan terus mengejar jarak untuk menyamakan level kualitas diri, meskipun aku tak tahu, sebatas mana jarak yang harus aku kejar, terlampau jauh, jauh sekali, seperti jarak usia yang tak mungkin ku kejar.

***

Tahajud kali ini lah yang mengantarkan mimpiku  menemui sepenggal lingkungan sosokmu, dan menghasilkan tulisan ini setelah terbangun. Ingin engkau tahu, apa yang ada di mimpiku? Aku ditertawakan…..aku ditertawakan oleh semua orang yang mendengar keinginanku beristri dirimu?. “Mana dia mau ro kowe, ngaca Ndi??ngaca!!!.Kowe ki sopo???”. Yang lain, tertawa, dan bertanya, “lalu gimana cara nglamar orang seperti dia?”. “ndelok sainganmu, Ndi!!!Wong – wong beriman, ustad – ustad!Paling ora apal setengah Al-qur’an. , wong sing njaga kemurnian Al-qur’an lan sunnahnya dan nglakoni secara total!!, Lha kowe?Sholat wae, dongane mung Kulhuallah huahad, lan innaaktoina!, ra ganti – ganti ket biyen!”. Yang lain, pun menimpali,”rupo kriminal, kelalukan kriminal, bahkan mantan kriminal!!!”. Bahkan, dalam mimpi pun, sahabat dekatku mengatakan hal yang serupa, “Ha…Pede men koe, Bingung aku nak ono wong pede ki do entuk seko ngendi pedene!”

Dalam mimpi itu pun, bayangan sekelebat dirimu nampak, membuat ku tersadar, bahwa ternyata dirimu masih sangat jauh untuk disejajari. Rasanya, mimpi ini benar – benar mimpi yang untuk mewujudkannya penuh dengan perjuangan perubahan dalam diriku.

Terbangun, termenung, dan tercengang….bahwa caraku mengejarmu masih berlari.

Ya Allah…..kirimkan kendaraan nabi muhhamad saat isra mira’j, agar aku mampu mengejarnya….

***

Ternyata menjadi sebuah pertanyaan, benarkah cara aku meningkatkan kualitas diri?. Seperti apakah agar aku mampu mengejarnya?dan sampai kapan?

***

pagi ini, ku terbangun. Aku tak kuasa tak mengingatmu. Namun, sungguh!!!aku begitu terkejut, tersentak terhentak tersambar petir. Dengan segala kesadaran, sesungguhnya ada hal yang salah, secara tak sadar, ternyata jatuh cinta ini menggeser kedudukan Allah dalam area pikir dan qolbu.

Ya Allah….sungguh…ternyata telah terjadi pergeseran diriku dalam menyembahMu…

Ya Allah…sungguh…ternyata semangat menyembahMu ini hanya untuk mendapatkan apa yang aku inginkan….

Ya Allah…berdosakah aku menempatkan diriMu hanya sebagai pemberi apa yang aku inginkan??

Ya Allah…namun kepada siapa aku harus meminta selain kepadaMu?

 

Kesadaran ini sangat membuat  pertentangan dalam hati. Seandainya aku selalu meminta kepada Allah, maka karena Allahlah yang maha pemberi. Namun, ketika aku bersungguh – sungguh meminta, ternyata secara nyata, Kolbu ku hanya menempatkan Allah sebagai tempat merengek mencukupi kebutuhan yang aku inginkan. Namun ingatanku hanya tertuju pada wajah maaratus sholilah itu, bukan Allah. aku salah?

Pagi ini kacau…..pikiranku berat sekali, harus bagaimana aku…ternyata keseimbangan antara imanku yang menyakini Allah sebagai Al mujiib, Maha Mengabulkan, bertolak belakang dengan kenyataan bahwa aku ini, pada saat ini hanyalah menempatkan Allah   layaknya sebagai penjual dalam proses jual beli, aku menawar “dagangan” dengan meningkatkan kualitas diri karena janji Allah bahwa orang baik selalu berjodoh dengan orang baik, aku menawar dengan selalu bangun dalam sepertiga malam untuk bersujud dan bernegosiasi masalah “harga” kepadaNya, aku menawar dengan segala prilaku menjauhi laranganmu, dan menjalankan perintahmu, namun hanya demi satu “dagangan mar’atus sholihah….”. Bukankah ini juga nafsu ku untuk mencapai sesuatu?? Ya Allah…..apakah aku salah? 

Ku putuskan untuk meng- cancel semua agenda yang ada di hari ini, dan pergi duduk berintrospeksi di dalam dinginnya keramik masjid Kampus UGM.

Hari ini, harus kutemukan jawaban dalam pertentangan hati ini, karena aku sadar, ini berbahaya…

Ya Allah…bimbinglah aku ke jalan lurusmu….jalan untuk selalu dekat denganmu….

 

***

Dinginnya lantai membuat lebih nyaman, dalam merasakan kedekatan dahi sebagai wakil bahwa aku makluk rendah yang ingin memohon petunjuk padaMu. Ingin ku menangis, tetapi kupaksakan pun, tak bisa, tak ada mrinding sama sekali. Ku cari jalan untuk melunakkan hatiku dengan membaca istigfar bahkan agak keras agar telingaku termasuki, namun entah mengapa belum aku menemukan dimana rasa yang menegakkan bulu kudukku…Ya Allah…ya Allah…Astagfirullah….astagfirullah…astagfirullah…semakin mencari rasa mrinding itu tak semakin menemukan. dzikir semakin ku keraskan, namun tak bisa meruntuhkan tembok ini, tak bisa meruntuhkan tembok yang entah mengapa, hatiku keras sekali. Aku mulai kebingungan, istigfarku yang sudah tak lagi bernada halus lembut, sekarang berubah menjadi nada sesugukan yang ku paksakan…Aku kebingungan, tak ada getaran mrinding, dan aku bertanya – tanya, kenapa – kenapa- kenapa….Aku kebingungan…bingung, bingung….dan bingung….hingga pada akhirnya, kebingunganku lah yang membuat aku menangis sesugukan…. runtuhlah tembokku….aku menangis…bulu kudukku berdiri, mengiringi derai air mata serta istigfar bernada sesugukan…kukeluarkan semua air mataku…Allah Huu akbar…..Allah huu akbar….Aku sesugukan….dan menumpahkan segala kebingunganku

“hanya kepadamu Ya Allah, Tuhanku…diriku ini berani curhat…

Aku tak mau, orang lain tahu apa yang ada didalam hatiku….

karena nasehat orang lain, itu menjerumuskan….yang nampak baik bisa saja sesungguhnya buruk, sedangkan yang tak kusukai, sesungguhnya itu hal baik…

Namun dirimu Tuhanku, engkau selalu mengalirkan yang baik untukku….”

***

Ku beranikan diriku untuk melamarnya….Ku kuatkan diri ini mencoba untuk melamarnya, meskipun aku tak tahu bagaimana caranya aku harus melamarnya. Tak ada hubungannya antara aku dengan dia, dan tak ada jalan yang menyambungkan antara diriku dan dirinya. Mungkin aku membutuhkan sebuah perantara, untuk menyampaikan maksudku. Ingin ku beranikan diri untuk bertanya kepadanya, sudahkah dia di khitbah? Tapi, darimana aku harus bertanya, mengenalnya pun tidak. Kebingungan untuk melangkah melamar mengingatkan kepadaku untuk memohon restu kepada Bapak ibuku…

 

Khitbahku….restu kalianlah yang menentukan..

wahai ma aratus sholihah….tunggulah pinanganku…atau segera tolaklah pinanganku…

agar cintaku tak menghapus cinta kepada Pemilikku…

 

bersambung……..

 

link terkait…

Jika Istriku, al mar’atus sholihah I
Fiksi, perjalananku -“Mar'atusshalihah Story II”
Fiksi: Aku mulai mengenalnya -“Mar'atusshalihah Story III”
LAMARLAH DIA!!!“Mar'atusshalihah Story IV”

Tak mau aku meminangmu hanya dengan basmallah….!(mar’atus Sholihah Story V)

0 komentar: