Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Sabtu, 26 September 2009

Bahasa merupakan sebuah hal dari kita untuk ungkapkan keinginan. Namun banyak orang yang tidak menyadari akan bagaimana seharusnya menjadikan bahasa sebagai sebuah pengontrol emosi pribadi.

Aku tersadar ketika melihat berbagai hal yang terjadi dalam kornea kelopakku. Astagfirullah, bukankah ini yang menyebabkan negara hancur, karena sebuah perkataan kasar yang sangat berpengaruh bagi kehidupan umat. Bayangkan saja, perdebatan kecil hingga perdebatan orang meja DPR menjadi memanas karena dominasi kata – kata kasar. Jika aku kembali mengkaji tentang sebuah perdebatan, bukankah sebuah perdebatan itu merupakan hal kebersamaan untuk menuju kearah cemerlang, namun kenapa bisa berubah menjadi medan perang dengan pedang ataupun senjata berkaliber mulut. Dan pejuang itu akan menang jika target terpancing emosinya dan saling beradu kaliber.

Ah … dasar kata – kata kasar, kenapa kau ada dan tercipta di dunia ini. Bukankah masih

banyak sesuatu yang bisa di gunakan untuk mengungkapkan emosi diri. Sial… bahkan ia telah merasuk dalam setiap celah, baik dalam budaya, pendidikan ataupun pola kehidupan. Memang dengan sebuah kaliber mulut mampu menjadikan sesuatu yang tadinya tidak tercontrol menjadi stabil. Namun apakah hanya dengan cara itu ? Apakah tidak ada cara lain ? Aku baca di Kedaulatan Rakyat bahwa kata – kata kasar memang mampu mengontrol ketidakteraturan, namun disamping itu kata – kata kasar hanya mampu bertahan dalam hitungan waktu karena target dituntun untuk stabil karena terpaksa bukan karena kesadaran.Ya ampun… kenapa aku malah menulis hal yang kaku dan tidak mampu di mengerti oleh orang lain.

Aku! Aku ! aku ! Aku !

Mungkin tanpa sadar aku juga sering berkata dengan kasar baik dalam bentuk bentakan maupun caci maki. Kalau aku melakukan hal itu semata – mata karena ingin menunjukan bahwa AKU itu exsis dalam putaran dunia. Mungkinkah setiap orang sama seperti pola pikirku ? bahwa orang ingin dianggap ada sebagai seorang yang memiliki sikap. Ah itu sih masa bodoh ! apa urusanku dengannya. Yang sedari tadi aku pikirkan, apakah mungkin masih ada cara yang bagus untuk ungkapkan sebuah sikap tanpa rasa emosional walaupun memang harus emosianal ?

Satu pokok permasalahan yang mampu aku pahami, Mungkin ! Kesadaran emosi memang sangat berpengaruh dalam senjata kita ini.

Aku anggap bahwa seseorang akan lebih di senangi dengan factor sebuah mulut yang halus dan selalu senada dengan sikap lemah lembut walaupun orang itu berbicara dengan keras tetap orang itu mampu mengkontrol sebuah pemikiran yang akan di ucapkan serta memperhatikan dampak dari kata - katanya.

Jika di timbang dengan sebuah rasio maka orang akan lebih memilih cara – cara yang praktis sesuai dengan karacter mereka.

—————–********************—————–

Tapi apakah bahasa diksi dalam blog ini juga termasuk ? bahasa yang kasar dalam penyebutan, apakah juga merupakan cermin dari karakter. Aku yang berperan dalam penyaji, memilih diksi – diksi kasar, beralasan agar apa yang terpampang mampu dijadikan suatu hal berbeda. Dan itu semata –mata agar aku tergambar sebagi manusia berkarakter yang akan diingat oleh para pembaca (tentunya dalam dunia maya, dan tentunya kalo dibaca ). Jika aku mau, dilain sisi, aku mampu menulis dengan kelembutan hati yang mungkin belum pernah disajikan. Menulis dengan diksi yang enak dimata, nyaman di hati, dan tenteram dirasakan.

Kata kebanyakan wanita itu adalah hal yang romantis. But persetan dengan pernyataan wanita ( jangan tersinggung yah ). Tiada sekali –kali dalam diri ini, maksudnya dalam dunia maya ini, AKU ingin dianggap sebagai manusia romantis.

Kata kebanyakan orang – orang dewasa itu adalah hal yang santun. But itu pernyataaan dari si dewasa. (Cuiiih, aku ne si brengsek. nGgak sudi di kata santun.)Tidak pernah terbesit dalam otak ini, di dunia cyber ini, AKU ingin dianggap sebagai manusia santun.

Kata kebanyakan laki – laki, itu adalah hal yang bersifat komedi dan cengeng. But itu pernyataan dari si laki – laki. Aku menganggap setan laki – laki yang mengatai seperti itu. Tidak pernah terbayang dalam pikir, AKU ingin dianggap sebagai badut dan anak kecil.

Tapi itu bukanlah keinginganku. Di dunia maya ini aku ingin menjadi si brengsek, si bejat, si setan, dan si si lainnya. Aku ingin bebas berkata – kata sesuai diksi hati, aku ingin mencintai kata – kata yang seharusnya orang lain membenci. Apakah itu sebuah kejahatan ? apakah itu sebuah kehinaan? Jika kalian menganggap kejahatan dan kehinaan itu merupakan keberhasilanku dalam menanamkan karakter.




0 komentar: