Total Pengunjung Blog

Arsip Blog

Pengikut

Popular Posts

Sabtu, 26 September 2009

AKU JENUH DENGAN SI MUNAFIK
Aku ingin seimbang, persetan dengan si munafik. Terserah kalian anggap aku pa !!! aku.aku. aku… inilah aku !!! my self !!!ingin ku caci maki, ku pisuhi namanya si munafik, pembual. Aku, aku tak ingin dikuasai, diatur, dan tak ingin dicela,brengsek si pencela, si munafik. Aku jenuh dengan si munafik, jijik!!! Yang hanya bisa menganggap dirinya sempurna penuh dengan norma – norma. Cuih… Norma ??? prexxxx… aku benci dengan si munafik, si hidrosefalus, yang kata – katanya terlihat bijak dihadapan orang lain. Tapi ingat!!! Hanya untuk orang lain, bukan untukku wahai Si munafik. Aku enggap mendengar kata – kata si mulut yang selalu terkena syndrome amebeasis, sampai – sampai sudah terkena pada cerebral extraintestinal. Bagiku, kata – katanya hanyalah sebagai omong kosong, cuih… Aku muak dengan si munafik yang berlagak bijak dalam diriku, bull syitttt !!! emang dia bapakku ??? kenapa hanya diriku yang menjadi anaknya? Why ? apakah karena aku yang masih bisa dibodohi.

Aku manusia, aku memang manusia, kadang aku repolarisasi dan terkadang depolarisasi. Aku juga orang yang terkadang munafik, tapi tidak seperti dia, si munafik. Berhak mengatur bahasa dunia ini dengan aturan norma. Aku ini munafik tapi bukan seperti si munafik. Aku ini munafik karena sedang mencari keseimbangan dalam dunia ini. Aku ini si munafik yang tenteram dengan keseimbangan. Apakah aku salah melangkah dalam jalan keseimbangan ? prek ! aku bukanlah si munafik yang bisa anggap dunia ini langkah dalam beberapa langkah. MEMANG !!! aku mungkin orang terhina yang lebih hina dari pada si munafik, menurut mata, indera, hati, karsa, rasa, bahasa, dan pencipta. Tapi apakah aku tidak boleh membela hak mengatur keseimbangan rasa karsa dalam jiwa ini. Apakah hak ku telah musnah ??? bukannya aku juga tidak mengganggu kadar kentetraman dalam jiwamu, si munafik, tidak mengganggu ruang lingkup ekosistem alammu, si munafik. Aku lebih hina karena tidak seperti dia, si munafik yang sudah menemukan kedamaian dalam hatinya. Sementara, AKU !!! titik seimbangnya saja masih pusing mencarinya.

Aku mungkin lebih hina, tapi tetap saja aku akan menghina si munafik yang menghalangi proses keseimbanganku. Aku mungkin lebih tercela, tapi tetap saja aku akan mencela si munafik yang selalu mencela proses keseimbanganku. Aku mencelanya habis – habisan disini karena akulah yang paling tercela.

YA ALLAH TUNJUKANLAH JALAN KEIKLASANMU UNTUK PENGABDIANKU KEPADAMU DALAM TITIK YANG SEIMBANG. BERIKANLAH PENGHANGAT PERINGAN BEBAN YANG ADA DALAM HATIKU. KESEIMBANGAN TIDAK MELALAUI KEMUNAFIKAN
yogyakarta, 18 september 06




0 komentar: